GALUH

Jeff Harlo
Chapter #212

S5. Kelahiran Jewel

Appo yang diperintahkan oleh tetua puak untuk kembali menjaga kapal Mena di muara sungai Berhawe ditemani oleh lima gadis yang sebaya dengannya. Selain itu, Renggi dan Boe juga ikut kembali ke kapal atas perintah Pitung sebagai bentuk kewaspadaan sebab dia khawatir bahwa Appo dan gadis-gadis itu justru diperintahkan untuk mencuri di kapal Mena atau justru membawa kabur kapal tersebut.

Lima gadis yang ikut ke kapal Mena terpana saat melihat sebuah kapal besar yang terbuat dari logam sebab seumur hidup mereka tidak pernah melihat kapal apalagi kapal Mena yang berbahan dasar logam.

Meskipun mereka kagum dengan kapal Mena, gadis-gadis itu justru memarahi Appo sesampainya di dek kapal. "Kenapa lagi-lagi para bujang memikirkan diri sendiri dan kabur dari tanah Enggano, apa kalian tidak pernah memikirkan kami," bentak seorang gadis bernama Kaana.

Di samping itu, Renggi dan Boe memperhatikan keempat gadis lain yang justru menangis melihat lautan seakan kehilangan seseorang. "Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Boe.

Terdengar kembali makian Kaana kepada Appo. "Kalian para bujang tidak pernah memiliki perasaan bagaimana menderita kami di perkampungan menunggu laki-laki kembali walaupun hanya satu malam. Kami harus bekerja demi berlangsung hidup tanpa seorang laki-laki yang kuat untuk menjaga kami mencari makan."

"Memangnya kamu pikir kami hidup senang apa di pertambangan, setiap hari tanpa mengenal siang dan malam, panas dan hujan harus berkerja menggali bahan bakar hanya untuk kesenangan puak Kamay ," Appo pun tidak lagi sanggup menahan keluhannya. "Kami makan seperti binatang dan kami tidur seperti melamun, jika kami lengah bekerja sebuah cambukan kami dapatkan."

Appo membuka bajunya dan menunjukkan luka di sekujur tubuhnya. "Liat! Lihat Kaana! Apakah kamu pikir kami tidak menderita."

Kaana yang menangis memandang tubuh Appo mendekati keempat temannya dan lima gadis itu menangis bersama dalam pelukan. Appo ingat waktu kecil dulu berjanji untuk tidak meninggalkan Kaana dan jika remaja nanti akan menikah dengan Kaana. Tapi kenyataannya di masa remaja itu tidaklah indah saat menyadari apa yang mereka hadapi.

Teman-teman Kaana pun kehilangan kekasihnya yang tenggelam di Laut Lepas akibat mencoba pergi meninggalkan penderitaan di tanah Enggano. Seperti halnya Kaana yang telah memiliki Appo, gadis-gadis itu selalu ada untuk menunggu kembalinya para bujang ke perkampungan.

"Seharusnya kalian tidak pernah menyelamatkan aku dan membiarkan aku mati ditelan monster laut seperti teman-temanku," ucap Appo menunjuk Renggi dan Boe dengan nada tertekan penuh penyesalan dan kesedihan.

Kemudian Appo pergi masuk ke dalam rumah jubleg nangkub untuk menyendiri di ruang depan. Hari mulai malam dan suara kelelawar bergema di tengah hutan. Kelima gadis itu masih menangis sambil bercerita tentang sakit hati yang melanda kehilangan laki-laki yang mereka nantikan untuk kembali namun pergi untuk selamanya. Sekalipun keadaannya berbeda dari keempat kawannya, Kaana masih bisa bertemu dengan Appo justru merasa kecewa karena Appo berpikir untuk meninggalkan tanah Enggano tanpa dirinya.

Di sisi lain, Boe yang berusia remaja layaknya Appo, dia terlihat tidak cukup peka dalam percintaan, dirinya hanyalah manusia buatan hasil eksperimen tanah Dayak dari sel iblis Puaka. Boe sendiri menatap Renggi untuk meminta penjelasan darinya, tapi Renggi hanya menggelengkan kepala sambil berpaling menatap ke arah hutan yang gelap.

Lihat selengkapnya