GALUH

Jeff Harlo
Chapter #215

S5. Pesan Gerilya

Melaksanakan tugas dari Pitung, Mutia menuju perkampungan adat dengan petunjuk dari para gadis Enggano, sementara Galigo mengawasi pergerakan mereka dari jauh untuk memantau para pasukan penjaga dari pihak keraton yang mungkin sedang berjaga-jaga di wilayah perkampungan adat.

Mengikuti sungai Berhawe sambil melawan arus dari dilabuhkannya kapal Mena, rombongan Mutia ke arah timur pulau Enggano menuju perkampungan adat puak Kaharuba sebagai tujuan pertama.

Tidak memakan waktu lama dari perjalanan awal mereka, tepat di tepian sungai Berhawe letak perkampungan adat puak Kaharuba berada. Tidak jauh berbeda dengan perkampungan adat puak Kauno, perkampungan adat ini pun memiliki tatanan yang serupa dengan arsitektur rumah yubuaho.

Mereka pun dengan diantar penduduk menuju rumah tetua puak. "Kami datang dari luar pulau dan berusaha membantu penduduk tanah Enggano dari perbudakan yang terjadi." Mutia memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangannya.

Kedatangan Mutia pun disambut hangat oleh tetua puak ketika tahu apa maksud dan tujuannya. Selanjutnya, tetua puak Kaharuba yang siap dengan rencana itu karena sudah menunggu hal ini datang segera menuju perkampungan adat Kauno dengan diantar satu gadis Kauno bersamanya.

"Ternyata hari yang telah diramalkan telah tiba," ujar tetua puak dengan bersemangat.

Kemudian Mutia menuju perkampungan selanjutnya yaitu perkampungan adat puak Kaharubi dan Kaahua, yang juga berjalan lancar dan para tetua puak siap berkumpul di perkampungan adat Kauno dengan hanya diantar masing-masing oleh satu gadis Kauno.

Ketika para tetua puak menuju perkampungan adat puak Kauno, para wanita dan gadis di perkampungan adat masing-masing telah menyiapkan sebuah perintah dari masing-masing tetua puak sebagai persiapan saat itu tiba.

Dengan kecakapan Mutia dalam menyampaikan pesan terhadap para tetua puak sangat mudah untuk dimengerti sehingga tidak ada perdebatan mengenai rencana tersebut. Terlebih lagi, penduduk tanah Enggano sudah menantikan suatu perubahan yang akan membawanya menuju kesejahteraan dan bebas dari penindasan.

Giliran tujuan terakhir menuju perkampungan adat puak Kaitora dan waktu sudah mulai petang. Karena hal itu, Galigo pun berjalan bersama dengan Mutia dan satu gadis Enggano yang menunjukkan arah.

"Mengenai tetua puak Kaitora, beliau adalah orang yang pernah tinggal lama di daratan Andalas," ungkap gadis Enggano yang menunjukan arah tujuan. "Dalam setiap pertemuan para tetua puak, beliau adalah orang yang sangat hati-hati dalam bertindak sehingga cukup sulit untuk meyakinkannya nanti."

"Apa dia dari puak Kamay?" Tanya Mutia.

Di tengah hutan yang mulai gelap, gadis Enggano itu menatap langit senja. "Menurut yang saya dengar, beliau pernah berencana untuk membangkitkan kekuatan leluhur untuk merebut kembali tanah Enggano dari puak Kamay, tapi hal itu ditentang oleh semua tetua."

Lihat selengkapnya