GALUH

Jeff Harlo
Chapter #217

S5. Opsi Tak Terduga

Menjelang siang hari itu, terlihat empat tetua puak telah berkumpul di rumah tetua puak Kauno dan perundingan telah berlangsung sejak pagi hari di ruang utama rumah yubuaho.

"Bagaimana ini, belum ada kabar kedatangan tetua puak Kaitora?" tanya tetua puak Kauno.

Mereka yang ditanyakan kepastiannya pun tidak mampu menjawab. Saat itu Isogi dan Sandanu bersama Kaana telah kembali ke perkampungan adat dan meninggalkan kapal Mena. Sebelumnya, di saat fajar menyingsing, Galigo datang menemui mereka di kapal Mena dan mengajaknya untuk berkumpul bersama tetua puak. Galigo meyakinkan bahwa Mutia akan baik-baik saja membujuk tetua puak Kaitora sendirian dan dia mempercayakan hal itu kepada Mutia sebab Mutia sendiri yang memutuskan.

"Mereka pasti datang," ucap Galigo dengan kegelisahan sambil menatap ke arah tanah lapang dan berharap Mutia benar-benar datang.

"Kita tahu bagaimana keras kepalanya tetua puak Kaitora," ujar tetau puak Kaharuba. "Yang beliau ingin untuk merebut kembali kekuasaan tanah Enggano dari puak Kamay hanya menggunakan senjata kuno leluhur yang telah lama dipendam."

"Kita semua menyadari hal itu, bahkan jika senjata tersebut diaktifkan akan memberikan efek kepada puak Kamay untuk tidak memandang rendah kita," imbuh puak Kaharubi. "Akan tetapi kita sendiri tidak tahu dampak buruk apa yang mungkin juga berimbas kepada kita semua yang tinggal di tanah Enggano."

Dalam perundingan itu, selain Isogi menyampaikan rencana Pitung untuk membuat kerusuhan di komplek keraton dan langsung menyasar kepada ketua suku untuk menciptakan kepanikan penduduk puak Kamay, mereka juga membicarakan senjata kuno yang dimiliki oleh penduduk asli tanah Enggano yang belum diketahui oleh Pitung.

Mengenai senjata kuno yang dibicarakan tersimpan di bawah sepanjang benteng yang mengelilingi pusat tanah Enggano. Senjata itu disimpan bersamaan dengan dibangunnya benteng tersebut untuk mencegah serangan binatang buas di waktu lalu yang kini sudah mulai punah. Bahkan, selama mereka tinggal di perkampungan adat yang dulu menjadi habitat binatang buas kini sudah aman dan tidak pernah lagi terlihat binatang buas yang dulu dituturkan dalam cerita orang-orang dulu.

Ketika mereka sendiri tidak tahu pasti senjata seperti apa yang diciptakan berdasarkan kekuatan teknologi, tiba-tiba tetua puak Kaitora datang bersama Mutia. Dia pun mengatakan, "Senjata kuno tersebut adalah peledak yang bisa meruntuhkan seluruh benteng pelindung kota."

"Mutia," seru Galigo senang melihat kedatangan Mutia yang berhasil membujuk tetua puak Kaitora dan dibalas dengan senyum Mutia yang mengembangkan.

Sesaat menaiki anak tangga rumah yubuaho, tetua puak Kaitora menjelaskan mengenai senjata kuno itu. "Peledak itu dibuat menggunakan biji barol yang dileburkan dan kemudian didinginkan dalam air laut sampai membeku. Peledak itu bisa diaktifkan dengan sebuah tekanan kuat untuk meruntuhkan benteng."

Ketika tetua puak Kaitora menjelaskan mengenai senjata peledak tersebut, Isogi memperhatikan dengan cermat dan mencoba mengingat kembali seakan dirinya mengenali tetua tersebut. Isogi pun memahami apa yang disampaikan olehnya dan tentu jika senjata itu digunakan tidak akan berdampak luas, mungkin sebagai rumah penduduk di dekatnya yang akan mengalami kerusakan akibat goncangannya.

"Untuk menciptakan tekanan itu, saya mempercayakan gadis ini," ucap tertua puak Kaitora menunjuk Mutia. "Dengan kekuatan sastra hiem yang diwariskan dari kedua orang tuanya, saya yakin Mutia bisa melakukannya karena gadis Aceh ini adalah putri dari bangsawan Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien."

Sebagai penduduk asli tanah Enggano, mereka telah mengenal nama bangsawan dari tanah Aceh itu ketika mencetusnya revolusi negeri Tirta. Pasangan bangsawan itu sempat singgah di pulau Enggano dan membantu rakyat yang dilanda kekeringan. Terlebih lagi saat ada serangan perompak datang, pasangan bangsawan Aceh tersebut membantunya meskipun tidak berhasil membebaskan penduduk asli tanah Enggano dari kekuasaan puak Kamay karena di sana juga ada Caturenzi yang memiliki kepentingan untuk pasokan biji barol yang krisis di daratan.

Lihat selengkapnya