GALUH

Jeff Harlo
Chapter #220

S5. Kuburan Kapal

Hampir seharian penuh kapal Mena hanyut oleh arus sungai dalam laut dengan aliran yang ekstrim, berkelak-kelok, naik-turun, meskipun terdapat di dalam lautan. Sesekali ada monster laut yang muncul mengejutkan mereka selama memantau bersama di ruang kemudi, padahal monster itu sendiri tidak mampu menyerangnya akibat sebuah selubung yang berisi udara sehingga memperlancar proses pernapasan bagi penumpang kapal Mena.

Sejak awal hanyutnya kapal Mena ke dalam sungai tersebut, mereka pun menyadari bahwa fenomena itu tercipta akibat kekuatan sastra dari roh bintang yang belum mereka ketahui. Setahu mereka sebagai pemilik kekuatan khodam, roh bintang hidup di dimensi keenam. Jadi, apa tujuan roh bintang ada di dunia manusia?

Ketika aliran sungai mulai memasuki perairan dangkal, kapal Mena menabrak terumbu karang dan terpental membuat penumpangnya hampir histeris hingga kapal tersebut mendarat di pesisir pantai. "Semua ini sangat mengejutkan." Galigo melepaskan kemudi.

"Apa semuanya baik-baik saja?" Pitung cukup perhatian dengan pertanyaan itu dan dia memperhatikan satu persatu rekannya. "Syukurlah semuanya aman."

Sandanu yang masih kesal tidak mempedulikan Pitung, dia segera keluar menuju dek dan sesaat dirinya makin terkejut melihat pemandangan di sekitar.

Boe yang memperhatikan Sandanu segera menyusulnya. "Kita ada di mana ini?" Serunya menoleh temannya untuk mengajak melihat pemandangan di luar.

Mereka semua pun berdiri di dek kapal di bawah langit sore dan melihat sekeliling pesisir yang dipenuhi berbagai bangkai kapal yang berserakan. Ada yang rusak parah dan lapuk dimakan waktu, ada pula yang terlihat masih memiliki kerangka yang kuat dan sebuah bendera yang berkibar di tiangnya meskipun robek.

"Ini seperti kuburan kapal," ungkap Renggi. "Saat ini kita ada di wilayah kepulauan tanah Mentawai dan kemungkinan ini adalah pulau tidak berpenghuni."

Kemudian mereka turun dari kapal dan disambut oleh air laut yang surut memperlihatkan hamparan pasir hitam dengan beberapa kawanan kepiting yang berserakan. Terlihat puluhan atau bahkan ratusan kapal terdampar di pulau tersebut. Ketika itu, Renggi mengajak Boe dan Mutia yang tentunya diikuti Galigo masuk ke beberapa bangkai kapal dan berharap mendapatkan harta karun.

Di samping itu, Sandanu dan Isogi menepi ke bibir pantai untuk memastikan pulau tersebut. Mereka melihat Pitung tanpa ragu masuk ke dalam pulau, sedangkan Sandanu mengambil buah kelapa dengan kekuatan mantra cakar harimau.

Sandanu membelah satu buah kelapa dari beberapa yang dia kumpulkan dan memberikan sebelah potongannya kepada Isogi yang masih berisi air. "Kamu mau minum."

"Terima kasih," Isogi segera mengambil kelapa itu dari tangan Sandanu.

Selanjutnya, rombongan pencari harta karun datang menghampiri dan langsung duduk di atas pasir dekat mereka. "Sepertinya ada yang mengambil semua harta di dalam kapal-kapal itu," ucap Renggi.

"Kita sudah memasuki ke beberapa kapal, tidak ada satu pun peti emas dan perhiasan," kata Mutia.

Lalu, mereka pun menikmati buah kelapa sambil melihat senja yang memantulkan cahaya matahari di permukaan air laut. Semuanya merasa cukup lega bahwa akhirnya mereka bisa keluar dari aliran sungai dalam laut yang begitu deras sampai untuk tidur pun tidak bisa.

Ketika semua sedang bersantai, Pitung kembali dari dalam hutan. "Pulau ini sangat kecil dan sekeliling pantainya penuh bangkai kapal, mungkin benar pulau ini kuburan kapal."

"Mungkinkah ada kapal hantu?" Celetuk Boe sambil menatap semua orang untuk memastikan jawaban.

"Kapal hantu itu cuma dongeng untuk anak kecil," jawab Mutia.

"Tapi siapa yang mengumpulkan kapal-kapal ini di sini?" Kata Galigo.

"Roh bintang," timpal Isogi. "Kita terdampar di pulau ini karena sungai yang tercipta oleh roh bintang."

Lihat selengkapnya