GALUH

Jeff Harlo
Chapter #225

S5. Pulau Terdepan

Fazar yang menyingsing di belakang kapal Mena memperlihatkan sebuah pulau terdepan dari tanah Nias yang menjadi tujuan utama berlabuhnya pelayaran kali ini. Terlihat Sandanu dan yang lainnya telah berdiri di atas balkon rumah jubleg nangkub, tepat di depan ruang kemudi yang dikendalikan oleh Galigo.

Di samping Galigo mengarahkan kapal untuk berlabuh di pulau terdepan itu, ada Renggi dengan peta di tangannya yang dia buat mengikuti peta dunia di atas plafon ruang utama. Selama pelayaran, dengan iseng namun teliti, dia berhasil membuat peta dunia yang menjadi acuan.

Sedikit Renggi pun menjelaskan mengenai kepulauan tanah Nias yang unik dikelilingi benteng alami dari bongkahan batu karang yang entah bagaimana bisa tercipta dan diperkuat dengan kekuatan sastra milik para Laksamana di tanah Nias. Selain itu, ada pulau terdepan yang menjadi gerbang satu-satunya memasuki tanah Nias. Sebuah pulau kecil dengan terusan aliran laut yang membelahnya sebagai pintu masuk kapal yang berlabuh menuju pusat tanah Nias.

Mendekati pulau Hinako yang menjadi gerbang utama tanah Nias, rombongan Sandanu dikejutkan dengan beberapa orang yang terikat dengan tangan dan kaki dibentangkan pada kayu silang. Terlihat seseorang yang terikat di salah satu kayu silang tersadar dan mengangkat kepalanya.

Mutia yang mengenali laki-laki yang dulu berkenalan dengannya di tanah Minangkabau pun terkejut. "FAKHO." teriaknya.

Galigo yang mendengar teriakkan Mutia dari ruang kemudi, segera mendekatinya. Diperhatikannya pulau yang menjadi gerbang utama tanah Nias telah porak-poranda. Tubuh-tubuh prajurit yang tidak bernyawa tergeletak begitu saja seakan kejadian itu baru terjadi tadi malam. Begitu pula, lima orang yang diikat di kayu silang sudah lemah tidak berdaya.

Renggi yang tahu gerbang utama tanah Nias telah hancur melabuhkan kapal di terusan aliran laut yang membelah dua pulau Hinako. Segera, mereka turun kapal ke sisi kanan pulau di mana sosok Fakho terikat tak berdaya. Sandanu dibantu oleh Galigo pun segera melepas ikatan Fakho, sementara Renggi dan Boe mencoba melepaskan yang lainnya dan memeriksa siapapun yang masih hidup.

"Mutia, aku senang bisa berjumpa kembali denganmu," ucap Fakho lemah.

"Apa yang sudah terjadi?" Sahut Mutia dalam isaknya.

"Tolong selamatkan tanah Nias dari para perompak!"

Seketika itu, Mutia merapalkan mantra dan berusaha memulihkan kembali keadaan Fakho. Perlahan, Mutia menyadari bahwa Fakho mulai bisa menggerakkan tubuhnya, dia pun merasa lega mampu memulihkan keadaannya sampai laki-laki itu mampu duduk dengan sendirinya.

"Aku senang melihatmu berkembang menjadi Jewel yang hebat, dan mampu melakukan penyembuhan," ucap Fakho tersenyum lega.

Galigo tidak tahu sedekat apa hubungan mereka berdua, namun melihat Mutia sekhawatir itu kepadanya membuat Galigo cemberut sambil melengos melihat keadaan prajurit lain yang diperiksa oleh Boe dan Renggi.

Kemudian, Fakho menceritakan kedatangan Baruna Intcjeh yang menerobos gerbang utama tanah Nias pada waktu semalam. Dirinya yang menjadi seorang kapten dan bertugas menjaga malam tadi, harus menerima kenyataan bahwa kelompok Baruna Intcjeh berhasil mengalahkannya.

Lihat selengkapnya