GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #226

S5. Armada Gorga

Ketika matahari terbit dan angin berhembus, memperlihatkan sebuah bendera berkibar dengan gambar kepala tengkorak yang berlatar simbol arah mata angin. Bendera itu merupakan simbol kebesaran dari kelompok perompak asal Andalas yang menguasai perairan di samudra Natuna. Perompak besar itu dipimpin oleh seorang Baruna wanita bernama Intcjeh.

Sebagai perompak besar, Baruna Intcjeh memiliki armada induk bernama Gorga yang kini berhasil memasuki perairan tanah Nias untuk mencari kembali kunci Tetrabarun yang sebelumnya direbut oleh Baruna Arai. Armada Gorga sendiri merupakan kapal induk berjenis penjajap yang memiliki seni ukir etnik gorga dari tanah Batak, tanah negeri dari Baruna Intcjeh berasal.

Kapal jenis penjajap memiliki bentuk yang memanjang dan ramping, begitu pula armada Gorga sekalipun dibuat lebih besar sebagai kapal induk. Seni ukir gorga pun melapisi setiap sisi armada Gorga, seperti gorga ipon-ipon yang menyerupai gigi manusia maupun gorga desa na ualu dengan simbol mata angin sesuai lambang kebesaran Baruna Intcjeh.

"Apakah Desa Na Ualu sudah siap?" Tanya Baruna Intcjeh yang duduk di dek teratas, berupa teras dari rumah bolon khas tanah Batak.

Yang ditanya merupakan satu-satunya petinggi perompak Baruna Intcjeh yang tersisa dari peperangan di perairan tanah Mentawai melawan Baruna Arai. "Mereka sedang bersiap-siap, sebentar lagi akan berkumpul," kata wanita cantik dengan rambut hijau lumut dikepang penuh diletakkan depan dada. Sebelumnya, dia adalah wanita duyung yang melawan penjaga gerbang pulau Hinako.

"Berapa armada pasukan yang tersisa?" Tanya Baruna Intcjeh lagi.

"Hanya ada 45 kapal penjajap!"

Mengenai armada pasukan yang ikut berlayar sampai di tanah Nias adalah mereka yang sebelumnya menambatkan kapalnya di tanah Betawi. Sejak mengetahui bahwa keberadaan kunci Tetrabarun dijaga oleh Trinata, Baruna Intcjeh membawa pasukannya untuk mencari tahu informasi keberadaan Trinata itu. Dari Kepulauan Seribu di tanah Betawi, mereka berlayar mengarungi samudera Natuna menuju arah tanah Melayu.

Kelompok perompak Andalas itu sempat singgah di tanah Melayu, tepatnya di teluk Dhamna yang kini sudah tidak lagi menjadi pusat pemerintahan negeri Tirta akibat serangan Arakar yang menenggelamkan istana Dhamna. Baruna Intcjeh pun mendapatkan perlawanan dari pihak keraton Lingga, yang dipimpin oleh ketua suku tanah Melayu. Akibat peperangan itu, Baruna Intcjeh kehilangan beberapa armada pasukan.

Dari tanah Melayu, Baruna Intcjeh berlayar menyusuri bagian utara daratan Andalas dan memutar melewati tanah Aceh untuk memasuki wilayah Laut Lepas hingga sekarang berhasil masuk ke tanah Nias. Baruna Intcjeh berhasil mendapatkan informasi dari ketua suku tanah Melayu yang dikalahkannya, mengenai hilangnya keberadaan salah satu anggota Caturenzi.

Saat ini, Baruna Intcjeh hanya didampingi satu-satunya kru utama yang tersisa sebagai petinggi Baruna. Meskipun demikian, Baruna Intcjeh telah memanggil kembali anggota khususnya yang dijuluki Desa Na Ualu. Dan sekarang mereka berkumpul di hadapan Baruna Intcjeh untuk memperkuat armada Gorga.

"Kami siap menerima perintah!" Ketujuh anggota Desa Na Ualu berkumpul.

Lihat selengkapnya