GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #232

S5. Lawan yang Tangguh

Fakho berhasil dikalahkan kembali, begitu juga Boe yang sempat menolongnya terikat oleh kemampuan putri Purba yang menyerap kekuatan sastra miliknya. Terlihat Isogi tersenyum bahagia, padahal dirinya terjebak kekuatan syair milik putri Irisanna yang mampu membunuh dengan efek kebahagiaan.

Putri Purba yang berhasil menyerap kekuatan sastra milik Boe, dia juga mensuplai kekuatan itu kepada Desa Na Ualu yang lain sehingga kekuatan mereka makin meningkat. Hal itu membuat Renggi nampak kewalahan menghadapi putri Anggoni dan Patisma.

"Mau sampai kapan kamu mengindari serangan, Baruna Renggi?" Kata putri Anggoni. "Kami memiliki penyuplai kekuatan sastra terbaik." Dia pun tersenyum melihat putri Purba yang berhasil menyerap kekuatan besar hasil rekayasa genetika dari iblis seperti Boe Lare.

"Kamu jangan terlalu senang," singgung putri Patisma. "Sejak kecil, aku melihatmu selalu ceria, padahal Baruna Intcjeh mengajari kita untuk menjaga sikap."

"Apa aku semencolok itu sejak kecil?" Ketus putri Anggoni segera menyerang Renggi. Bola-bola api penghangus mengejar ke mana pun Renggi menghindari.

Sekalipun tidak senang dengan partnernya, putri Patisma pun menyerang Renggi dengan batu-batu peledak. Dia masih memikirkan rencana apa yang sedang dilakukan oleh Baruna tersebut. Hingga dugaannya pun terbukti bahwa bangsa kurcaci selalu memiliki kemampuan yang di luar nalar manusia seperti yang dia dengar dari pernyataan Baruna Intcjeh.

"Udara yang dingin dengan titik terendah, es yang dingin sebening kaca.... Batu turmalin bersinar.... RUANG BEKU." Dengan teknik syairnya, Renggi merencanakan sudut ruang yang rumit melalui pergerakannya menghindari serangan lawan. Ketika syair Ruang Beku dibuka, seketika lapisan salju terbelah dan ruangan beku dalam lapisan es terjatuh ke dalam laut.

Ketika itu, Sandanu yang berhadapan dengan tiga Desa Na Ualu lain sudah menyadari rencana Renggi melalui pendengarannya akibat gerakan Renggi yang memberikan pesan khusus untuk Sandanu. Ketika ruangan rumit dengan sudut aneh, yang mengurung Desa Na Ualu dalam ruang berbeda namun saling terhubung, Sandanu memanggil roh harimau putih.

"Batu mustika Siliwangi bersinar.... AUMAN RAJA HUTAN" Suara keras dari auman harimau yang terpantul dalam ruangan bersudut rumit membuat Desa Na Ualu kewalahan merasakan elemen suara yang dahsyat.

Di samping itu, keadaan Fakho yang tidak sadarkan diri berada di ruang lain dari ruang beku tersebut dengan sudut tertutup hingga tidak mendengar suara auman harimau. Begitu juga Boe, di ruangannya tersendiri dan lepas dari kekuatan putri Purba yang menyerap kekuatan sastranya. Isogi juga telah sadar dari efek kekuatan putri Irisanna.

Ketika Renggi merasa berhasil dengan rencana yang sudah dipikirkan sejak awal, hal tak terduga masih bisa terjadi. Dalam ruang beku tersebut, kemampuan unik milik putri Purba menghancurkan ruang beku yang melayang di air laut itu. Terlihat, rumput-rumput laut merambat melapisi ruang beku dan seketika cahaya berpendar melepaskan seluruh kekuatan sastra dalam syair milik Renggi.

Dengan hancurnya ruang beku, terlihat Desa Na Ualu pun segera berenang ke permukaan laut yang kini tidak lagi dilapisi salju tebal. Mereka semua berdiri di permukaan laut dengan kemampuannya di depan Renggi dan yang lain, di mana saat itu Fakho sudah tidak ada dan dibiarkan tenggelam oleh Renggi saat Boe hendak membawanya namun Renggi menarik tangan Boe untuk meninggalkan Fakho.

Isogi yang juga berdiri di sana melihat ke arah Desa Na Ualu yang berkumpul di depannya, dia pun menyadari seseorang yang dikenal sebagai anggota divisi intelijen yang dipimpin nyonya Bolawambona. "Tuan Wite Idho?"

Mendengar sebutan tuan kepada salah satu Desa Na Ualu, membuat mereka memperhatikan siapa yang dimaksud itu. Semuanya pun terbelalak melihat putri Purba dalam balutan bajunya yang basah.

"Kamu tidak punya buah dada seperti kita?" Ucap putri Anggoni memperhatikan putri Purba yang tidak memakai bandananya, sambil menunjukkan buah dadanya yang menonjol dengan telapak tangan.

Putri Dangsina pun tidak pernah menyadari hal itu. "Sejak kecil kita hidup bersama dan waktu itu aku pikir kamu punya dada rata karena belum mengembang, tapi ternyata kamu memang bukan wanita sungguhan."

Lihat selengkapnya