GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #238

S5. Lubuk Tapanuli

Danau Sowanua menunjukkan keindahan alam yang tersembunyi di tanah Nias, sekalipun itu merupakan daerah suci yang terlarang bagi orang Nias itu sendiri. Danau dengan tiga pulau yang berjajar menciptakan danau di pulaunya itu menjadi habitat hutan alami dengan bermacam tumbuhan seperti pohon kenanga dengan bunga yang harum dan kantong semar sebagai bunga karnivora yang memakan serangga.

Di pulau ketiga, burung magiao menjadi penghuni asli pulau yang dikenal dengan nama pulau Hiliobolata. Sementara dua pulau lainnya yaitu pulau Hilinamaniha dan pulau Hilimondegraya yang merupakan pulau pertama. Terlihat burung magiao berterbangan ketika segel sastra salik dibuka oleh Avisa Tarni.

Burung magiao memiliki ukuran yang cukup besar dengan bulu warna hitam mengkilap semu biru atau ungu dan gelambir cuping telinga berwarna kuning menyatu. Paruhnya, oranye kemerahan berbentuk melengkung berpadu dengan iris mata coklat. Burung ini memilih lubang di batang pohon kenanga yang lapuk sebagai sarangnya.

"Sastra salik terbuka." Kelebihan burung magiao, mampu berbicara. "Sastra salik terbuka."

Burung magiao yang mengetahui terbukanya sastra salik, bukan semata-mata karena kesadaran alaminya, melainkan atas perintah seseorang yang telah lama berteman dengan koloni burung magiao di sana. Dialah orang yang terperangkap memasuki danau Sowanua untuk menebang pohon Liana Lagara. Akibat segel kutukan yang aktif, dirinya pun terkurung di sana sejak saat itu.

Sebagai seorang pendekar silat, dia menguasai ilmu kanuragan yang membuat dirinya mampu bertahan hidup tanpa makan dan minum ketika melangsungkan semedi untuk melepaskan segala keinginan dunia akibat dirinya terkurung di dalam segel sastra salik. Meskipun demikian, perjalanan hidup tetap harus dijalani ketika harapan itu datang.

Sekarang, segel sastra salik terbuka dan suara burung magiao mengabarkan keadaan itu kepadanya yang bersemedi setahun lamanya hingga tumbuhan perdu merambati tubuhnya dan tertutup rapat oleh pohon itu. Ketika suara burung magiao membangunkan orang itu dari semedinya, seketika kekuatan tantra keluar membuat tetumbuhan perdu itu bergerak memperlihatkan dirinya.

Terlihat seorang pria dengan tubuh kekar dan wajahnya yang tetap terawat sekalipun pertapaannya itu telah berlangsung lama, tidak mengubah penampilannya sama sekali sejak lebih dari setahun lalu. Wajah tampannya berhias jambang di antara rahang yang tegas dan kumis tipisnya tidak lebih tebal dari alis matanya.

Dia memakai penutup kepala dari kain beludru hitam bersulam benang emas, yang bagian bawah melilit dengan ujung saling silang di bagian kanan. Penutup kepala bernama ampu tersebut menutup rambut kuningnya. Tubuhnya mengenakan bajo godang berbentuk jas hitam keemasan dengan sebuah gelang lengan di luar bajunya. Ketika berdiri, bagian celana hitam panjang berbalut kain sesamping dari tenun songket.

Kemudian seekor burung magiao hinggap di bahu kiri. "Sastra salik terbuka tuan Lubuk Tapanuli."

Dielus tubuh burung magiao dengan tangan kanannya. "Terima kasih sahabatku." Lubuk Tapanuli berjalan mendekati arah danau di depannya yang sebelumnya tumbuh pohon Liana Lagara di genangan air itu.

Teringat, ketika dirinya mendapatkan permintaan dari ketua suku tanah Nias mengenai pohon besar yang merambat ke langit. Lubuk Tapanuli yang penasaran pun datang dan memasuki segel salik demi menebang pohon Liana Lagara yang dianggap berbahaya.

Dengan kekuatan tantra, Lubuk Tapanuli berhasil menumbangkan Liana Lagara yang kemudian hilang menjadi percikan cahaya yang terurai. Setelah berhasil menjalankan tugas itu, dirinya pun mulai sadar adanya segel kutukan yang akhirnya mengurung dia di dalam danau Sowanua.

Sebagai salah satu petinggi Tirtadev dengan gelar Caturenzi, Lubuk Tapanuli pun memiliki hubungan dengan Baruna Arai dan dipercaya menjaga salah satu kunci Tetrabarun yang berhasil direbut dari Baruna Intcjeh. Dengan membawa amanat itu, Lubuk Tapanuli dijuluki sebagai Trinata oleh para perompak saat ini yang mencari keberadaan kunci Tetrabarun.

"Lama sekali tubuhku ini tidak bergerak," kata Lubuk Tapanuli sambil mencuci mukanya. "Dan Liana Lagara juga ternyata tidak tumbuh lagi."

Lihat selengkapnya