GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #239

S5. Nasib Danau Sowanua

"Batu sissi' naga bersinar.... NAFAS LANGIT!" Galigo menyerang Baruna Intcjeh dengan kekuatan mantra yang besar dari biasanya karena dikombinasikan dengan kepakan Sawerigading.

Karena serangan Galigo, Baruna Intcjeh dan nyonya Tarni harus mundur jauh sampai pulau Hilimondegraya. Dilihatnya, hutan di pulau tersebut yang sejajar dengan serangan nafas langit, rata dengan tanah.

"Serangan mantra itu lebih besar daripada milik Anda, Baruna Intcjeh," puji nyonya Tarni terhadap kemampuan Galigo yang seakan meningkat.

Baruna Intcjeh tersenyum tertantang. "Naga itu yang membuat serangannya lebih mengerikan, roh batu akik seperti itu dipanggil dengan teknik tingkat syair."

"Ternyata bisa, menggabungkan kekuatan roh batu akik seperti itu," sahut nyonya Tarni.

Kemudian nyonya Tarni masuk ke dalam danau. Dalam wujud duyung, nyonya Tarni meloncat ke udara dan merentangkan tangan mengeluarkan kekuatan sastra untuk mengontrol serangan menggunakan air danau yang tersedia. "TSUNAMI."

Ombak tinggi tercipta dari tepian danau hingga memperlihatkan sebagian dasar danau karena sebagian air naik ke udara, lalu terlempar ke arah Galigo yang sudah naik di atas Sawerigading. Tinggi ombak yang bahkan berhasil melampaui ketinggian Sawerigading saat itu berhasil menggulung naga itu dan pecahannya menyapu daratan yang berada di pulau kedua, pulau Hilinamaniha. Meskipun demikian, pohon kenanga yang berumur ratusan tahun masih berdiri kokoh.

Meskipun serangan besar nyonya Tarni mengenai Galigo bersama naganya, Sawerigading mampu menahan serangan itu dan mengepakkan sayapnya di dalam arus air yang deras untuk melindungi tuannya yang memanggil dari dunia roh batu akik. Hubungan kuat Galigo telah terjalin erat dengan Sawerigading, seakan Sawerigading tahu apa yang perlu dilakukan untuk melindunginya.

Ketika air mulai mengisi kembali danau, Baruna Intcjeh yang melihat Sawerigading terbang di udara menyerangnya sambil menjulurkan tangan ke arahnya. "Batu cimpago bersinar... MERIAM ANGIN."

Serangan mantra Baruna Intcjeh pun ditangkis oleh kepakan Sawerigading dan serangan itu meluncur kembali ke arah Baruna Intcjeh. Dengan kekuatan mantra lain, dia menciptakan tameng udara sampai serangan itu terpental kembali dan menggerus sebagian pulau kedua yang terdampak serangannya.

Baru awal pertempuran dengan masing-masing adalah serangan pertama, keadaan danau Sowanua terlihat memprihatinkan. Tumbangnya dua barisan pohon di pulau Hilimondegraya akibat serangan Galigo, dan tersapunya setengah lingkaran pulau Hilinamaniha oleh serangan nyonya Tarni hingga tergerus menjadi dua sodetan, terkena serangan Baruna Intcjeh.

Sawerigading masih terlihat terbang di atas danau kedua, sedangkan nyonya Tarni mendongkrak di atas danau dengan air yang kini masih terombang-ambing akibat serangan. Sementara itu, Baruna Intcjeh berdiri di tepian pulau Hilimondegraya.

"Apa ini yang dinamakan kebangkitan kekuatan akibat kehilangan seseorang?" Ucap Baruna Intcjeh. Dia masih tidak percaya jika Mutia terbunuh oleh nyonya Tarni.

Lalu Baruna Intcjeh berjalan di atas danau, mendekati nyonya Tarni. Dilihat juga, Galigo mengumpulkan aliran sastra alam setelah melakukan serangan sebesar tadi. "Apa benar kamu membunuh Mutia, kekasihnya?" Baruna Intcjeh memastikan hal itu.

Nyonya Tarni terkejut. "Saya hanya memberinya pelajaran, tidak mungkin gadis itu terbunuh."

"Tapi kamu terlalu berlebihan, hingga tidak sengaja membunuhnya." Baruna Intcjeh tahu perasaan nyonya Tarni terhadap Mutia yang menggunakan batu akik, mutiara air mata duyung.

Lihat selengkapnya