GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #241

S5. Dendam dan Rindu

Waktu Desa Na Ualu menghadapi Caturenzi dengan kekuatan khodam, Galigo telah berhasil mengumpulkan aliran sastra alam. Dia mulai kembali untuk menyerang Baruna Intcjeh dan nyonya Tarni untuk membalas dendam atas kematian Mutia.

Terlihat, Sawerigading terbang menukik ke arah Baruna Intcjeh. Melihat hal itu, Baruna Intcjeh melakukan serangan. "MERIAM ANGIN." Tapi serangannya itu justru menembus roh naga tersebut yang merubah wujudnya beserta Galigo dengan elemen yang sama.

Menyadari hal itu, Baruna Intcjeh merasa percuma selama ada Sawerigading. Setiap serangan bisa diserap dalam elemen udara. Karena hal itu, Baruna Intcjeh memerintahkan nyonya Tarni untuk menghadapi Galigo. Sementara dirinya, akan menemui Trinata.

"Sekarang lawan kamu hanya aku," kata nyonya Tarni. "Jika kamu ingin membalaskan kematian gadis itu, akulah orang yang perlu kamu ambil nyawa untuk membayarnya."

"Dan itulah tujuanku!" Balas Galigo kemudian melakukan serangan nafas langit ke arah danau.

Serangan mantra sebelumnya itu, menjadi semakin kuat mampu menembus kedalaman danau. Hal itu membuat nyonya Tarni perlu menghindari dengan cepat. Posisi Galigo yang berada di atas, memudahkan baginya untuk melakukan serangan.

Untuk membalas serangan, dari dalam danau nyonya Tarni meluncurkan serangan buliran air ke arah Sawerigading. Akan tetapi usahanya percuma karena roh naga itu merubah wujudnya menjadi transparan, termasuk Galigo yang menungganginya. Jadi serangan apapun membuatnya tembus serangan.

Tidak kehabisan akal, nyonya Tarni mengambil kesempatan saat naga itu terbang dekat permukaan air dengan tujuan supaya serangan Galigo lebih kuat dan tepat sasaran. Ketika serangan mengarah pada dirinya, nyonya Tarni justru menghindari serangannya dengan jarak setipis mungkin seakan terkena serangan padahal mampu dihindari.

Karena Galigo tidak bisa melihat dengan jelas ke dalam danau, ketika menghindari serangannya itu, nyonya Tarni meloncat untuk menarik Galigo dari roh naga tunggangannya. Dan dia pun berhasil dengan tepat sasaran, sehingga Galigo terbawa oleh dirinya ke dalam danau.

"Rasakan tekanan ini!" Sedalam danau, nyonya Tarni mendorong Galigo hingga menabrak dasarnya.

Karena nafasnya tidak kuat dengan tekanan air, gelembung udara keluar dari mulut dan air memenuhi masuk lewat lubang tubuhnya itu. Di samping hal tersebut, ternyata Sawerigading mampu menyelam untuk menyelamatkan Galigo. Tidak percaya dengan apa yang disaksikannya, melihat kondisi Galigo dalam setengah kesadarannya, ternyata juga, Sawerigading masih bertahan seakan roh naga itu memiliki emosi untuk melindungi Galigo sebagai roh batu akik yang dikendalikan melalui kekuatan sastra.

"Ada apa dengan naga itu?" Nyonya Tarni pun menyerangnya dengan arus bawah air, tapi naga itu memasukan diri untuk mendapatkan tubuh Galigo di dasar danau.

"Hai duyung," suara Sawerigading bisa di dengar oleh nyonya Tarni. "Aku akan mendapatkan kembali tubuh anak itu."

Selama hidupnya di antara para pengendali batu akik, nyonya Tarni baru tahu ada roh batu akik yang gigih seperti Sawerigading, tetap bertahan sekalipun aliran sastra untuk memanggilnya telah terputus.

"Bagaimana kamu bisa melakukan itu?" Tanya nyonya Tarni.

"Tugasku untuk melindungi anak itu," jawab Sawerigading. "Karena itu, kamu tidak akan bisa menghalangiku."

Sawerigading melakukan serangan kejut dengan gelombang udara yang ditiupkan dari mulutnya hingga nyonya Tarni terpental keluar danau. Kemudian, naga itu pun berhasil mengangkat tubuh Galigo dan membawanya terbang ke udara.

Lihat selengkapnya