GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #243

S5. Bantuan Datang

Sesuai dugaan dan rencana berjalan lancar, nyonya Tarni berhasil mengirim Sawerigading ke dunia roh batu akik. Caranya, sebagai mahluk astral yang menggunakan kekuatan sastra dalam tubuh sendiri yang terhubung langsung dengan aliran sastra alam, nyonya Tarni memutuskan aliran sastra alam yang terhubung dengan dimensi roh batu akik.

Setiap kekuatan roh batu akik, dipanggil dengan teknik pengendalian yang memungkinkan terbukanya gerbang dimensi dalam pola tertentu. Memperhatikan aliran sastra yang digunakan oleh Sawerigading untuk bertahan di dunia sekalipun teknik pemanggilan terputus, nyonya Tarni menemukan celah agar gerbang dimensi itu tertutup.

Kini, terlihat Galigo terpojok di atas danau setelah roh naga miliknya tidak bisa dipanggil sementara dalam teknik pengendalian batu akiknya. Nyonya Tarni mengurung Galigo dengan air danau yang membentuk bagaikan mahkota bunga yang mengelilinginya.

"Sekarang apa yang akan kamu lakukan, tampan?" Nyonya Tarni memperhatikan wajahnya yang mulai panik. Sebelum dia memutuskan untuk menggulung anak itu, nyonya Tarni membiarkan Galigo merasakan frustasi sebab aliran sastra alam di sekitarnya menutup gerbang dimensi hingga tidak bisa menggunakan teknik pengendalian batu akik.

Berulang kali, Galigo mencoba mengucapkan mantra ataupun syair namun gerbang dimensi tidak terbuka. Padahal dia memiliki cukup sumber aliran sastra di dalam tubuhnya. "Kenapa ini terjadi?"

"Menyerahlah sekarang," ucap nyonya Tarni yang berenang di antara gulungan air yang dalam kendalinya. "Aku bisa mengantarkanmu menemui kekasihmu sekarang, jika kamu siap untuk menyusulnya."

Dengan tawa kemenangan, nyonya Tarni meloncat di antara mahkota air yang mengurung Galigo. Puas dengan permainan itu, dia pun menggerakkan mahkota air itu untuk menenggelamkan Galigo ke dalam danau. Ketika mahkota itu jatuh menimpanya, Galigo sudah tidak bisa melakukan apa pun lagi.

Terlihat di dalam danau, Galigo berusaha naik ke permukaan namun usahanya sia-sia. Tapi keberuntungan datang menghampirinya ketika seekor lumba-lumba mendorongnya ke atas danau.

Berada di atas lumba-lumba yang mengapung di permukaan, Galigo melihat petinggi negeri Tirta datang membantu dirinya. "Caturenzi."

Mengenai lumba-lumba itu, merupakan roh batu akik dari teknik mantra milik Lubuk Jambi yang melihat Galigo tergulung serangan nyonya Tarni. Caturenzi waktu itu baru saja melewati pulau Hilimondegraya menuju tepian danau kedua. "Akhirnya kami perlu berhadapan juga dengan seekor duyung," ujar Lubuk Jambi.

Nyonya Tarni menyadari kedatangan Caturenzi, bahkan sebelumnya dia melihat ketika mereka berlarian di atas benteng batu karang menuju tanah Nias. "Aku sudah menunggu waktu untuk bisa berhadapan langsung dengan petinggi negeri Tirta, Caturenzi."

Ketika Caturenzi itu langsung berlari melakukan serangan terbaiknya melawan nyonya Tarni. Lubuk Jambi, menggunakan teknik syairnya memanggil roh ikan marlin dalam ukuran besar untuk mengejar nyonya Tarni di dalam danau. Begitu juga, Lubuk Bengkulu menggunakan mantranya, memanggil kawanan serangga air yang berjajar di permukaan danau.

Serangga air yang mengapung di permukaan air dalam koloninya, melontarkan elemen udara ke dalam air dan membuat gerakan nyonya Tarni kesulitan. Terpaksa dirinya harus meloncat menerobos koloni serangga itu. Akan tetapi, di udara sudah ada Lubuk Riau yang memasang perangkat dengan mantra jaring kelinci yang berbentuk jaring dari akar-akar pohon.

"Kalian pikir bisa mengecohku seperti ini?" Seru nyonya Tarni. "LEDAKAN GELEMBUNG AIR." Dia menciptakan serangan dengan mudah sebab dirinya diuntungkan dengan kondisi sekitar.

Nyonya Tarni pun lepas dari perangkap Caturenzi. Di sisi lain, Galigo yang menepi di pulau Hilimondegraya bertemu dengan Sandanu yang menyusulnya bersama Isogi dan Boe.

"Kamu baik-baik saja?" Isogi menghawatirkan melihat keadaan Galigo.

Sandanu yang melihat nyonya Tarni, tahu bahwa duyung itu yang membunuh Mutia, langsung bergegas melakukan serangan ke arahnya. "Batu mustika Siliwangi bersinar... CAKAR HARIMAU."

Melihat kedatangan Sandanu dan yang lain, Caturenzi memutuskan untuk menghindari pertempuran itu. "Ini kesempatan kita menuju bagian dalam danau Sowanua, untuk mencari Lubuk Tapanuli." Lubuk Jambi mengajak teman-temannya.

"Ide bagus, kita tidak perlu repot-repot menghadapi duyung itu," sahut Lubuk Riau. "Mahluk astral itu lebih kuat untuk kita hadapi, kita hanya akan menghabiskan tenaga saja."

Lihat selengkapnya