GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #249

S5. Baruna Intcjeh

Sampainya Sandanu di tepi pulau Hiliobolata bagian dalam, membuat kecewa Baruna Intcjeh yang menantikan kehadiran tuan Situmorang agar menepati janjinya, datang. Perompak itu pun menyadari bahwa orang yang dinantikan itu pasti telah tiada. "Apa kamu mengalahkan Trinata di danau sebelumnya?"

"Iya, aku yang mengalahkan dia, karena itu aku datang ke sini untuk mengambil kunci Tetrabarun," jawab Sandanu mencoba untuk tenang menghadapi nona Intcjeh.

Untuk pertama kali Sandanu berpetualang melalui rintangan adalah bersama nona Intcjeh, yang mengajarinya cara hidup di belantara hutan. Bahkan dia juga yang memberitahukan markas Arakar berada di tanah Bali. Karena itu, Sandanu mencoba untuk menghormati Baruna Intcjeh.

Kemudian, Sandanu mendengar suara tawa wanita itu yang begitu keras namun pilu. Menatap wajahnya di bawah cahaya bulan sabit, Sandanu tidak tahu hubungan antara nona Intcjeh dengan Trinata itu.

Langkah kaki nona Intcjeh mendekati Sandanu, menciptakan nyala kebiruan di permukaan danau. Dia cukup gusar untuk menghadapinya, tapi dia harus tetap dengan pendiriannya. Langkahnya sudah sampai sini dan tinggal Baruna Intcjeh sisa lawan yang harus dikalahkan demi mendapatkan kunci itu.

Sesampainya di depan Sandanu, nona Intcjeh merenggut bajunya. "Kamu berani mengalahkan dia, kamu pasti cukup berani mengalahkanku sampai titik terakhir?"

Dengan tegas, Sandanu menarik lengannya. "Aku tidak ingin berkelahi lagi, berikan aku kunci itu dan nona Intcjeh tahu siapa aku!"

"Jangan merasa kamu sudah mengungguliku, hanya karena banyak orang menganggap kamu sosok yang diramalkan untuk menyelamatkan dunia ini." Baruna Intcjeh tidak perduli jika Sandanu benar-benar satria Galuh, bahkan dirinya juga tidak peduli jika kunci Tetrabarun didapatkan olehnya.

Mengetahui tuan Situmorang telah dikalahkan, Baruna Intcjeh merasa hidupnya sudah tidak memiliki tujuan. Dia tahu armada Gorga telah hancur, semua anggota perompak terbaiknya telah gugur. Dia sendiri dan kini kehilangan sosok yang lama dirindukan.

"Batu Cimpago bersinar...." Baruna Intcjeh merapalkan mantra. Terlihat cahaya kekuningan emas berpendar di antara udara yang menyelimuti dirinya dan Sandanu. "Melayang."

Kemudian, dirasakan olehnya bawa kini Sandanu melayang di udara bersama Baruna Intcjeh. Dia pun mulai khawatir ketika tubuhnya bergetar ke tengah-tengah danau di pulau ketiga danau Sowanua. "Apa yang akan nona Intcjeh lakukan? Turun aku sekarang!"

Hanya tawa Baruna Intcjeh yang Sandanu dengar dari balasan akan permohonannya, dia sadar bahwa dirinya kini adalah lawan yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja dilepas oleh perompak Andalas itu. Sandanu pun melihat air danau yang tenang di bawahnya, kini tubuhnya melayang cukup jauh hingga ujung-ujung pohon terlihat saat dia memperhatikan sekeliling pulau Hiliobolata.

"Jika kamu mau turun, ini saatnya untuk jatuh," ucap Baruna Intcjeh dilanjutkan dengan mengucapkan mantra. "MERIAM ANGIN!"

Baruna Intcjeh melakukan serangan dalam posisi dirinya lebih tinggi dari Sandanu, dan mengarahkan Sandanu dengan serangan itu ke bawah danau. Tubuh Sandanu pun dilihatnya mulai meluncur jauh hingga jatuh ke dalam danau yang cukup dangkal sehingga dasar danau terlihat ketika percikan air yang menyala biru berhamburan akibat tubuh Sandanu.

Dari ketinggian di udara, tubuhnya yang terjun bebas dengan kecepatan akibat serangan mantra Baruna Intcjeh membuat Sandanu tidak berkutik dan terasa sakit saat punggungnya jatuh di atas air danau bagaikan terkena cambukan yang perih dan panas. Di tambah lagi, dasar danau yang berupa kerikil-kerikil membuat banyak luka yang harus diterima oleh Sandanu.

Menahan rasa sakit, Sandanu melihat air danau mulai kembali menempati genangannya hingga dia pun harus segera bangkit, namun ternyata kedalaman danau justru hanya sebatas lehernya. "Apa yang harus aku lakukan, tubuhku rasanya sudah terlalu lelah dan lemah?"

Perlahan, terlihat Baruna Intcjeh turun dari udara dan melayang di depan Sandanu. "Kenapa kamu hanya menerima seranganku?"

"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana melawan nona Intcjeh," jawab Sandanu sambil bangkit dan menggunakan kekuatan sastra untuk berdiri di atas air. "Aku benar-benar lelah. Tolong hentikan ini semua!"

Terlihat jelas, Baruna Intcjeh tertawa mengejek. "Apa kamu pikir aku kasihan melihatmu? Aku tahu kamu sudah mengerahkan banyak tenaga untuk bisa sampai sini, tapi bukan berarti aku akan membuat semuanya lebih mudah."

Lihat selengkapnya