GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #252

S6. Pasukan Tarekat

Pasukan tarekat merupakan kelompok besar pejuang dalam menegakkan ajaran Kapitayan yang diusung oleh Nawaoza. Tugasnya menjaga pengaruh adat dan hukum setempat dalam menjalankan ajaran Kapitayan. Setiap pasukan tarekat dipimpin langsung oleh kampiun suci yang bertanggung jawab kepada Nawaoza.

Untuk menjadi pasukan tarekat, cukup sebagai penganut Kapitayan yang meyakini bahwa segala sesuatu ada yang menempati, dialah Sanghyang Taya. Dan simbol utama dari penyembahan terhadap eksistensinya, ialah Lingga dan Yoni yang ditempatkan dalam langgar sebagai rumah peribadatan.

Setelah pertemuan Nawaoza di tanah Bali, mereka mulai mengutus sembilan puluh sembilan kampiun suci untuk menyebarkan ajaran Kapitayan. Tanah Aceh sendiri menjadi target utama sebab menyimpan banyak manuskrip peninggalan sejarah sejak pemerintahan Dasabaskara menguasai dunia, di menara Kubah Emas yang kini sudah tinggal puing saja. Beruntung, saat itu ketua suku tanah Aceh menghilang dan tidak pernah kembali.

Sekarang, Sandanu yang kembali ke tanah Aceh untuk mengunjungi menara Kubah Emas, harus berhadapan dengan pasukan tarekat. "Lepaskan kami, atau kalian akan tahu akibatnya!" Perintah Sandanu ketika pasukan tirakat meringkusnya.

"Kami tidak akan melepaskan kalian, sekalipun kalian melawan," sahut Fathur siap dengan pedangnya.

Sandanu tahu bahwa di antara pasukan tarekat tidak ada pengendali batu akik. Dia menginjak kaki pasukan tarekat yang meringkus tangannya. "Batu mustika Siliwangi bersinar.... CAKAR HARIMAU." Sandanu melakukan serangan mantra kepada Fathur.

Melihat tindakan Sandanu, yang lain pun mulai bergerak melawan pasukan tarekat. Pertempuran pun tidak terhindari menciptakan keributan di alun-alun tanah Aceh. Penduduk yang melakukan aktivitas malam di sekitar sana, hanya menjadi penonton saat melihat pasukan tarekat melakukan tindakan entah pada siapa pun itu.

Sebagian besar prajurit keraton dan pemuda-pemuda di tanah Aceh lebih memilih menjadi pasukan tarekat karena mendapatkan fasilitas yang menguntungkan, dan bebas melakukan segala bentuk yang mereka pandang layak untuk bertindak. Baik itu benar atau salah, mereka selalu sewenang-wenang terhadap orang yang bukan merupakan pengikut ajaran Kapitayan.

Ketika serangan mantra diarahkan kepada Fathur, Sandanu terkejut melihat pedang yang dipegangnya mampu menangkal kekuatan sastra. Pendang yang dipegang Fathur merupakan salah satu senjata bagi pemimpin satuan pasukan tarekat yang dijuluki jawara. Terlihat di bilah pedangnya terukir sebuah ayat suci yang mampu menangkal serangan sastra.

"Lihatlah, satria Jewel kini memiliki musuh alami yaitu para jawara dari pasukan tarekat!" Kata Fathur tersenyum menang, menunjukkan senjatanya yaitu pedang tumpang jingki yang terbuat dari baja hitam berbentuk tebal dan besar.

Berbeda dengan pendekar silat, seorang jawara tidak memiliki ilmu kanuragan dan hanya mengandalkan ketangkasan dan penguasaan bela diri menggunakan senjata seperti pedang. Meskipun hanya para jawara yang memiliki bilah pedang dengan tulisan ayat suci, setiap pasukan tarekat sendiri memiliki senjata pedang masing-masing.

Terlihat Sandanu dan teman-temannya cukup kewalahan menghadapi pasukan tarekat dibawah pimpinan Jawara Fathur. Dan setiap jawara sendiri membawahi pasukan yang beranggotakan ratusan orang.

"Kita kalah jumlah untuk ini," kata Isogi yang teknik kekuatan sastranya tidak berguna dalam bentuk serangan fisik. Dia sama kewalahannya seperti Mutia yang masih mending dilindungi oleh Galigo di sisinya.

Sandanu yang di dekat Isogi pun mencoba melindungi dengan kekuatan mantranya. "Kita harus bertahan, hanya Fathur seorang yang menggunakan pedang penangkal kekuatan sastra."

"Boe, tolong bantu Isogi," teriak Sandanu kepada Boe yang bertarung di atas anaconda.

Boe yang tahu maksud Sandanu, melompat dari atas anaconda dan meminta roh batu akik itu untuk membantu Isogi. Sementara dirinya menggunakan mantra lain dalam bentuk roh ular untuk menyerang pasukan tarekat.

Lihat selengkapnya