GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #255

S6. Beda Pandangan

Alam semesta telah mengembang tanpa batas. Sejak ibu Pertiwi menciptakan ruang dan waktu melalui sebuah ledakan besar dari kekuatan Sastrajendra. Kekuatan Sastrajendra menyebar, namun relik dari kekuatan itu justru terkumpul di dunia manusia berada.

Akibat kesalahan ibu Pertiwi sebagai ibu dari semua mahluk, beliau pun mengutus para dewa untuk menyebarkan ajaran dan harapannya yang tertuang di dalam kitab pusaka. Selama manusia tidak mampu mengumpulkan relik kekuatan Sastrajendra di bumi, alam semesta akan terus mengembang dan menciptakan alam semesta lain tanpa batas.

Selain itu, setiap mahluk kini menempati dimensi ruang yang berbeda seakan untuk melindungi dari kekacauan iblis, namun justru mengorbankan anak manusia sebagai tumbalnya. Pendeta Parmalim telah menyampaikan pandangannya yang diyakini oleh Nawaoza.

"Apakah kita sebagai anak manusia harus bertanggungjawab atas kesalahan ibu Pertiwi?" Pendeta Parmalim kembali bertanya kepada Sandanu. "Kekuatan Suwung adalah sejatinya sang pencipta yang bersemayam di dalam Singularity dan sosok itu adalah Sanghyang Taya."

"Aku tidak paham dengan yang Anda bicarakan," kata Isogi. "Maharaja Lingga telah mempercayakan Sandanu sebagai sosok satria Galuh yang akan mengalahkan kekuatan Suwung dan beliau paham bahwa negeri Galuh adalah solusi untuk mengakhiri lingkaran penderitaan di alam semesta ini."

Isogi tidak percaya dengan kata-kata pendeta Parmalim. Apalagi dia tahu bahwa aliansi Petrus di dunia manusia berada, adalah Nawaoza itu sendiri. Dia menganggap bahwa menyalahkan ibu Pertiwi ataupun memanfaatkan atas nama Maharaja Lingga itu adalah sebuah fitnah.

Ketegangan mulai dirasakan di sana, sampai kampiun suci mulai siap dengan senjata masing-masing jika perlawanan terjadi terhadap pendeta Parmalim. Meskipun demikian, pendeta Parmalim masih cukup tenang hingga beliau melirik kampiun suci untuk tidak gegabah dalam bereaksi atas ketegangan yang terjadi.

"Dahulu, ajaran Kapitayan pun digunakan oleh Trio Legendaris untuk menyegel iblis Dewatacengkar dan memperoleh kekuatan dari Sanghyang Taya," ungkap pendeta Parmalim.

Memang benar bahwa Trio Legendaris dalam menyegel iblis Dewatacengkar memperoleh kekuatan dari Sanghyang Taya, tapi ajaran Kapitayan yang sesungguhnya berbeda dengan apa yang kini diusung oleh Nawaoza.

"Anda jangan memutarbalikkan sejarah, pendeta," sahut Sandanu. "Kita akan menemukan kebenarannya jika negeri Galuh itu ditemukan."

"Tapi negeri Galuh tidak ada di alam semesta saat ini, sekalipun kalian melewati hingga langit ketujuh tidak akan ditemukan," balas pendeta Parmalim. "Dan itu hanya akan menambah permasalahan kalian!"

Rombongan Sandanu tahu bahwa dunia di antara ruang dan waktu terbagi ke dalam beberapa dimensi dengan langit yang berbeda, seperti yang pernah dijelaskan oleh putri Rheina di negeri Cakra. Langit ketujuh yang dimaksud adalah langit yang paling luas yang menaungi semua langit dunia, baik dunia manusia, dunia liliput, dunia mahluk astral yang menjadi roh batu akik maupun roh bintang dan juga dunia khayangan.

Kemudian, pendeta Parmalim kembali menyampaikan bahwa kekuatan sastra yang dimiliki para Jewel adalah bagian dari replika kekuatan Sanghyang Taya. Sosok mahluk astral sejati memiliki bentuk yang jauh lebih besar dibandingkan ketika muncul melalui teknik pengendalian batu akik, dan manusia cukup lemah untuk mengimbangi kekuatannya.

Hanya saja, melalui kekuatan sastra, manusia justru bisa mengendalikan kekuatan mereka yang artinya bahwa di dunia manusia ada sosok yang lebih tinggi dibandingkan mahluk astral ataupun mahluk khayangan.

"Dan ibu Pertiwi sesungguhnya ada di antara kehidupan umat manusia saat ini," jelas pendeta Parmalim. "Mungkin kamu sendiri pernah menemuinya, Sandanu?"

"Apapun yang pendeta sampaikan, kita tidak akan terpengaruh." Tiba-tiba Boe angkat bicara. "Kita saat ini ada di pusaran energi negatif."

Lihat selengkapnya