GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #258

S6. Tanah Kluet

Setelah bertemu Peterpan, seorang peri dari klan Mante dalam wujud aslinya meskipun berada di dunia manusia, membuat Sandanu membayangkan betapa kecilnya dunia Liliput yang pernah disinggahi. Jika di amati dengan perbandingan dunia manusia itu sangatlah jauh berbeda, tapi di luar angkasa masih ada dunia mahluk astral yang lebih luas perbandingannya dengan dunia manusia.

Dalam perjalanan selanjutnya menuju tanah Kluet, kerumitan alam semesta dengan segala permasalahannya terus mengoyak logika berpikirnya. Jika alam semesta tercipta dari kesalahan ibu Pertiwi dan beliau yang memelihara dan memperbaikinya sedangkan sang Suwung dengan kekuatannya mencoba meniadakan, lalu siapakah yang justru ikut andil dalam segala takdir?

Kini senja telah terbenam, di balik perbukitan yang menciptakan bayang-bayang. Perjalanan masih berlanjut, hanya mengikuti jalan setapak dengan petunjuk cahaya redup, dari bintang-bintang di langit malam yang tak terhingga jumlahnya dan sangat jauh jaraknya.

"Akhirnya sampai juga di tanah Kluet." Hela nafas Boe yang tidak sabar memacu kuda di bagian depan.

Memasuki tanah Kluet di tengah malam, mereka pun mengajak kuda-kuda untuk berjalan pelan. "Aku rasa kita perlu mencari penginapan yang menyediakan makanan juga," ucap Isogi.

"Itu ide bagus," sahut Galigo yang memperhatikan sepanjang jalan besar untuk menemukan penginapan yang nyaman, apalagi bekal dari pendeta Parmalim tidak akan habis meskipun menyewa kapal pinisi untuk menyeberangi daratan.

Muti melihat rumah penginapan yang terlihat sepi di ujung pertigaan, dibandingkan penginapan lain yang penuh kamarnya. "Bagaimana kalau kita menginap di sana, suasananya cukup nyaman jika diperhatikan?"

Penginapan di persimpangan jalan itu memiliki dua gapura, bagian kanan untuk masuk dan kiri untuk keluar. Bangunannya menghadap tikungan jalan dan terdapat sebuah air mancur di sisi sudut jalan. Seorang penjaga pun menyambut rombongan Sandanu dan membantu menarik kuda untuk dikandangkan di tempat yang tersedia.

Setelah mendapatkan kamar, mereka pun berkumpul di tempat makan yang tersedia. "Ini lebih dari nyaman," ucap Boe memperhatikan penginapan yang tidak biasa mereka singgahi selama perjalanan.

Mereka sudah disediakan tempat, gazebo yang terdapat di atas kolam ikan. Sekeliling kolam terdapat lilin-lilin yang mengapung di atas air beralas cawan. Penerangan malam pun sangat meriah, ada yang digantung di setiap atap gazebo dan ada pula yang ditempelkan di tiang-tiang penyangganya. Di setiap koridor penginapan pun sama, bahkan setiap teras kamar terasa teduh penuh bunga-bunga di dalam pot.

Menu utama yang disajikan, ada olahan daging kerbau yang dimasak dengan bumbu pilihan seperti cabe rawit, bawang merah, jeruk nipis, serai, jahe, ketumbar, dan kelapa gongseng. Dinginnya lembut, dengan rasa pedas dan gurih. Menu spesial ini dinamakan rabee.

Lihat selengkapnya