GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #260

S6. Penyerbuan

Setelah mendengar perdebatan antara Isogi dan Centhini, Sandanu menghentikan aksi mereka dan mengambil keputusan sendiri. "Kita akan menyerang pasukan tarekat di tanah Aceh."

Meskipun argumen Isogi bisa dibenarkan, lebih baik menghindari masalah. Tapi justru, keputusan Sandanu berpihak kepada Centhini yang membuat Isogi tidak mampu berkata lain, kecuali ikut dengan rencana.

Untuk lebih adil, Sandanu pun mengikuti rencana Isogi sebelumnya jika harus terseret ke dalam masalah, untuk menghindari kontak langsung dengan kampiun suci dan terutama tidak berhadapan dengan pendeta Parmalim yang cukup menghargai dalam perdebatan sebelumnya.

Ikut dalam pelayaran kapal Mena sebagai salah satu armada kaum adat, ada beberapa petinggi kaum adat yang disebut dengan Hulubalang. Hulubalang sendiri merupakan pemimpin pasukan kaum adat dari suatu tanah negeri yang terlepas terhadap suatu pemerintahan ketua suku di pihak keraton.

Terlihat, kapal Mena kini kembali berlayar menuju tanah Aceh bersama armada lain kaum adat. Dalam misi penyerangan ini, kaum adat pun memiliki pasukan darat yang siap menyerang dari arah perbukitan, sedangkan armada laut dikerahkan ke arah selatan dan barat tanah Aceh yang berbatasan langsung dengan lautan.

"Berita mengenai kehancuran kelompok perompak Baruna Intcjeh telah menyebar di daratan Andalas," kata Renggi. "Dan sebagian perompak yang menjadi pengikut Baruna Intcjeh, sekarang merapat kepada kaum adat bahkan ada juga yang ikut dalam penyerbuan sekarang."

"Apa kamu mendapatkan informasi mengenai gerakan Tetrabarun lain?" Tanya Isogi. Keberadaan mereka kini berkumpul di ruang tengah kapal Mena, sementara Centhini lebih memilih di dek kapal dengan beberapa Hulubang.

"Tidak ada informasi mengenai Tetrabarun yang bisa kita dapatkan sekarang," balas Renggi. "Mungkin karena mereka tidak memiliki urusan di daratan Andalas." Kelompok Baruna Kala dan Baruna La Bolionto, mereka adalah Tetrabarun yang masih mencari keberadaan Trinata untuk mendapatkan kembali kunci Tetrabarun.

Di sana, Mutia memperhatikan Sandanu yang berdiri menghadap lemari kaca, penuh dengan buku yang berjajar di raknya. "Apa ada yang akan kamu sampaikan, Sandanu?" Tanya Mutia membuat semua orang memperhatikan Sandanu yang terlihat bimbang.

Sandanu tidak tahu pasti dengan keputusannya, tapi dia melakukan hal ini disebabkan tidak ingin mempermalukan Centhini yang sudah mempedulikan keadaan sebelumnya sebab mendapatkan berita bahwa dia dan yang lain telah diringkus oleh pasukan tarekat. Selain itu, melihat semangat kaum adat dan beberapa Hulubang yang menaruh harapan kepada Sandanu sebagai Satria Galuh, membuat dia harus memberikan sedikit kepercayaan mereka.

"Aku merasa bahwa kaum adat tidak bisa mendapatkan kemenangan melawan pihak Nawaoza," ucap Sandanu. "Ada kampiun suci yang melindungi Nawaoza, dan kita cukup mengetahui bahwa mereka adalah pendekar silat yang baik."

"Apa kita perlu menyusun rencana melarikan diri?" Kata Galigo. "Sejak awal aku setuju dengan pendapat Isogi, kita tidak perlu terlibat dengan hal ini."

Lihat selengkapnya