GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #261

S6. Perangkap

Kabar mengenai penyerbuan oleh kaum adat, telah sampai di pihak keraton yang ditempati oleh kampiun suci saat ini, dengan pengawalan terhadap pendeta Parmalim. Pasukan tarekat pun segera dipersiapkan untuk melindungi wilayah keraton Samudera Pasai.

Ketegangan cukup terasa di keraton Samudera Pasai. Pasukan tarekat yang berjaga melindungi tempat itu, terdengar kasak-kusuk mengenai penyerbuan yang dilakukan kaum adat. Mereka tahu, kelompok kaum adat yang menentang keras penyebaran ajaran Kapitayan.

Dengan adanya kaum adat, pasukan tarekat sulit memasuki wilayah tanah negeri yang terpusat di sebelah selatan hutan Bukit Barisan yang terbentang dari tanah Tumi di timur dan tanah Kluet di barat, memisahkan wilayah daratan Andalas di bagian utara.

"Apakah rombongan satria Galuh ada di pihak mereka?" Tanya pendeta Parmalim terhadap kampiun suci yang telah berkumpul di ruang inong.

Di sana, kampiun Meurah Silu yang memimpin menjawab pertanyaan tersebut. "Terlihat di antara armada laut kaum adat, ada kapal logam dan kemungkinan itulah armada Baruna Kalinyamat yang digunakan oleh rombongan Sandanu."

"Jadi mereka kembali untuk menyerangku, kali ini?" Pendeta Parmalim tersebut, seakan sudah mengetahui rencana penyerbuan kaum adat dan dugaan terhadap rombongan Sandanu yang ikut andil dalam penyerbuan malam itu.

Dengan membawa tongkat di tangannya, pendeta Parmalim berjalan di hadapan kampiun suci yang berbaris dalam dua saf. "Jalankan sesuai rencana, jangan ada Hulubang yang terbunuh!"

"Siap laksanakan!" Seru kampiun suci kompak menerima perintah.

Sebagai sebuah jaringan pemerintahan ataupun sistem berlandaskan spiritual, Nawaoza tentu telah mengetahui gerakan kaum adat. Terlebih lagi, kedatangan pendeta Parmalim di tanah Aceh adalah bagian dari rencana untuk menarik pergerakan kaum adat.

Dengan melonggarkan pertahanan di wilayah pelabuhan, bahkan penjagaan di pintu gerbang masuk utama tanah Aceh sudah menjadi bagian dari rencana yang matang, untuk dilakukan oleh kampiun suci. Sekarang pun, kabar kedatangan pasukan kaum adat dari jalur darat telah masuk menuju pusat tanah Aceh.

Setelah mendapatkan perintah dari Nawaoza, kampiun suci pun membubarkan diri dan siap menuju posisi masing-masing untuk menghadapi penyerbuan kaum adat. Terlihat, kampiun Malik bersama kampiun Siron mengawal pasukan tarekat dengan beberapa jawara untuk menghadapi lawan menuju arah pelabuhan.

"Apa kamu siap jika harus berhadapan kembali dengan Sandanu?" Tanya kampiun Siron menepuk bahu kampiun Malik yang berjalan di sampingnya.

Lihat selengkapnya