GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #262

S6. Melarikan Diri

Merasakan kekuatan besar setelah keluar cahaya dari alun-alun yang tersambung lurus dengan penjuru tanah Aceh, membuat rombongan Sandanu mulai waspada. Kekuatan tantra yang terbuka membuat semua orang mematung di tempatnya.

Terlihat, beberapa Hulubang pun terpengaruh oleh kekuatan tantra tersebut. Sementara itu, mereka yang mampu bergerak dan melawan pengaruh kekuatan tantra justru menuju arah pusat di alun-alun tanah Aceh.

Memperhatikan keadaan ini, Isogi merasa punya kesempatan untuk menghindari peristiwa tersebut. "Lebih baik kita kembali ke kapal Mena!"

Meskipun semua orang memang sudah setuju untuk melakukan pelarian, akan tetapi mereka terhalang sebab melihat Centhini justru berlari ke arah alun-alun.

"Apa kita harus meninggalkan Centhini?" Ucap Renggi membuat semuanya makin bimbang dengan tindakan itu.

"Kita tidak bisa meninggalkan Centhini," imbuh Mutia, dan mengajak Galigo untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di arah alun-alun.

Sebelum rombongan Sandanu mendekat alun-alun tanah Aceh, kampiun Siron yang berada di dekat mereka datang menghadang langkahnya. Dia seorang diri, setelah membantu ritual pembukaan segel tantra kampiun suci yang menjebak kaum adat. Dengan segel tantra itu, sebagian Hulubang yang tidak mematung justru terbawa ilusi menuju perangkap.

Kampiun Siron membawa senjatanya, dia mengeluarkan dari sarungnya dan terlihat senjata tajam dengan bilah lengkung dan tidak cukup panjang, memiliki ukiran di gagangnya yang berwarna gading. Senjata miliknya itu bernama pudoi.

"Aku yang akan melawan kalian semua!" Kampiun Siron menjulurkan pudoi dengan kedua tangannya.

"Kampiun suci," seru Isogi. "Apa kamu yakin untuk menghadapi kami seorang diri."

"Apa kamu tidak yakin dengan nada bicaraku?" Kampiun Siron tersenyum dan terlihat kesungguhan menghadapi lawan seorang diri.

Terlihat cahaya berpendar dari pudoi miliknya, dan menyebar ke seluruh tubuh hingga rambut ekor kuda miliknya melayang akibat kekuatan tantra yang terbuka. Berbeda dengan kemampuan Lubuk Tapanuli yang menggunakan tubuh sebagai pusaka, kampiun Siron menjadikan pudoi sebagai senjata pusaka dalam mengeluarkan kemampuannya.

"Tantra pudoi, jurus kesembilan... Semak belukar melukai dalam sesat." Terlihat batang-batang semak berduri memenuhi area sekeliling lawan kampiun Siron.

Isogi tidak menduga bahwa kekuatan tantranya mampu menciptakan elemen kekuatan supranatural. Dia pun tidak bisa menggunakan mantranya, untuk memutuskan aliran tantra yang mengalir di sekelilingnya. Di samping itu, Isogi memperhatikan yang lain juga tidak mampu menangkal serangan tersebut.

Melihat reaksi lawannya yang bingung dengan aliran tantra dari pusaka pudoi, membuat kampiun Siron merasa lebih unggul menghadapi lawannya yang menang jumlah. Dengan segera, dia memusatkan serangan hingga jurusnya mampu melukai mereka semua hingga terlihat goresan-goresan melukai tubuh lawan.

Lihat selengkapnya