GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #269

S6. Ilmu Kanuragan dan Teknologi

Mendapatkan pusaka peninggalan Dasabaskara, membuat Sandanu dan teman-temannya merasakan kekuatan tantra besar yang telah tertanam dalam pusaka tersebut. Dengan begitu, mereka pun belajar cara menggunakan kekuatan tantra melalui pelatihan yang diberikan langsung oleh pesilat tanah Tobati.

Di pagi hari, ketika matahari terbit kembali dari timur, cahayanya terpantul di permukaan lautan lepas yang luas tak diketahui banyak orang mengenai ujungnya. Terlihat Sandanu dan teman-temannya berlatih ilmu kanuragan kepada guru Rei Sorro, kecuali Renggi yang menjaga kapal Mena.

"Hal utama untuk membangkitkan ilmu kanuragan adalah bersemedi," kata guru Rei Sorro mengajari rombongan Sandanu caranya melakukan semedi karena beliau tahu bahwa mereka sangat mahir dalam teknik pencak silat.

Semedi adalah teknik menjernihkan pikiran dan melepaskan semua hal yang membebani ataupun mencemaskan dalam menjalankan hidup dengan mempertajam fokus terhadap unsur dalam diri sejati. Karena itu, terlihat Sandanu dan teman-temannya hanya duduk bersila tak melakukan apa-apa dengan menjulurkan tangan ke ujung lutut.

Mereka berlatih semedi di sebuah tebing batu karang menghadap lautan dengan cahaya matahari menerpa wajah. Masing-masing pun duduk di atas batu-batu bundar di tepi tebing, yang sesekali pecahan deburan ombak membasahi tubuh mereka.

Mereka juga mengenakan baju nafri layaknya orang Tobati, dari anyaman manik-manik yang membentuk jala dikalungkan di leher melebar ke dada dengan ujung terdapat bulatan bulu-bulu putih. Dan bawahan mengenakan kain yang diikat sebatas lutut dengan karet atau kolor yang berhias rumbai.

Untuk Isogi dan Mutia mengenakan kain penutup dada yang mengembang dengan ujung atas dan bawah terdapat karet sebagai pengencang. Selain itu, mereka mengenakan gelang lengan dari manik-manik yang diselipkan bulu burung cendrawasih.

Sambil melakukan semedi, guru Rei Sorro menyampaikan mengenai ilmu kanuragan. "Pada masa lalu sebelum tahun zodiark, seorang guru spiritual bernama Gunadarma berhasil membangkitkan ilmu kanuragan di kadewaguruan wilayah karadenan," ungkap guru Rei Sorro, seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat kekar dan berkepala botak.

"Ilmu kanuragan makin berkembang di masa Dasabaskara hingga di kejayaan imperium Melayunesia dan imperium Melanesia, ilmu kanuragan semakin dibatasi pembelajarannya hanya bagi kalangan bangsawan karena ilmu kanuragan bisa memperlambat penuaan hingga disebut sebagai ilmu menuju keabadian."

Bangkitnya ilmu kanuragan atau tenaga dalam melalui semedi ditandai dengan keluarnya pancaran sastra dalam tubuh seorang pendekar silat yang telah menguasai teknik dalam pertarungan. Lepasnya pancaran sastra ini kemudian ditransfer ke senjata pusaka melalui beberapa ritual sesuai kebutuhan.

Kali ini, Sandanu dan teman-temannya hanya belajar melakukan semedi dengan melepaskan segala bentuk olah pikiran. Melalui tempat dilakukannya semedi dan membiarkan alam menenangkan pikiran sekalipun deburan ombak berisik dan hembusan angin menganggu, hal ini bisa mempercepat proses keluarnya pancaran sastra.

Guru Rei Sorro yang membimbing mereka pun kagum, melihat para satria jewel itu mampu dengan cepat mengeluarkan pancaran sastra dalam tubuhnya. "Kalian sekarang bisa menghentikan semedi."

Sejak matahari terbit hingga kini telah setinggi tombak, Sandanu dan teman-temannya berhasil mempelajari semedi. "Perasaanku sedikit lebih tenang," kata Sandanu mengembuskan nafas, mengakhiri semedi.

"Selama kita bersemedi, guru menjelaskan bahwa kanuragan disebut ilmu menuju keabadian, itu maksudnya bagaimana?" Tanya Isogi.

Lihat selengkapnya