GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #271

S6. Fyord Youtefa

Hembusan angin sore itu sangat kencang membawa hujan badai. Laju kapal Mena kesulitan untuk menerjangnya, sehingga Galigo memutuskan untuk berbelok dan berlindung di celah selat yang di kelilingi tebing curam untuk berlindung sampai cuaca membaik.

Tanpa disadari, kapal Mena memasuki wilayah suatu tanah negeri. Dan ketika terlihat ada pihak asing memasuki tanah tersebut, penjaga keamanan pun mengerahkan serangan.

Sebuah tembakan peledak pun mengarah ke kapal Mena. Dan hebatnya, ada sebuah radar yang mendeteksi serangan dan mengakibatkan sebuah sistem pelindung dalam bentuk muatan fraktal. Sebuah ledakan pun terdengar dari dalam ruang kemudi ketika semuanya berkumpul.

"Sistem pertahanan quantum aktif," kata Renggi. "Ada serangan yang mengarah kapal Mena."

"Memangnya kita sekarang ada di mana?" Tanya Mutia.

Isogi yang penasaran mencoba membaca peta yang digambar oleh Renggi dan dipajang ddi ruang kemudi. "Kita memasuki fyord Youtefa."

"Apa itu fyord?" Tanya Sandanu.

"Wilayah perairan yang merupakan teluk namun dikelilingi tebing curam." Renggi dengan sedikit kemampuannya mengoperasikan sistem teknologi quantum.

Selama berlayar, Renggi dengan tekun mempelajari pola sistematis yang menjalankan mesin di kapal Mena. Dengan begitu, dia pun bisa memahami pertahanan kapal Mena dengan menambahkan energi quantum di atas standar karena serangan pihak lawan yang tidak terdeteksi di tengah badai.

Di samping itu, dengan berani Boe keluar menuju dek untuk memastikan arah lawan yang terlihat berasal dari atas tebing. Serangan tersebut berupa peledak yang diperkuat dengan kekuatan sastra.

"Lawan terlihat!" Boe melakukan serangan dengan kekuatan sastra syair yang mengubah tangannya memanjang dalam bentuk ular yang menangkap anak panah yang melesat ke arahnya, meskipun bagi anak panah itu terlihat elastis dan bening kehitaman.

Isogi yang merasa kekuatan sastra yang besar pun mencoba untuk menangkis serangan. "Cahaya yang bersinar dalam kegelapan untuk menuntut menuju kebenaran... Batu biduri bulan bersinar... PELANGI."

Ketika serangan berkekuatan sastra mengarah ke kapal Mena saat, energi quantum kurang untuk menangkisnya. Isogi menggunakan sastra syair untuk memutuskan aliran sastra yang besar.

Kemudian, terlihat dari tikungan fyord Youtefa di depan ada kelompok kapal kecil dengan satu layar penggerak yang dinaiki sekitar tiga sampai lima orang. Dari kapal-kapal tersebut, serangan tombak dan anak panah yang elastis dan tajam diluncurkan.

Melihat keadaan tersebut, Mutia mengambil tindakan. Dia meloncat ke dalam air dan berubah menjadi putri duyung. Lalu, dia meloncat dengan merentangkan tangannya menciptakan tembok air raksasa yang melindungi kapal Mena.

Lihat selengkapnya