GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #273

S6. Tuan Tanah

Di waktu sore hari itu, kapal Mena kembali berlayar meninggalkan tanah Armati di fyord Youtefa. Bukan hanya mendapatkan senjata baru untuk Renggi dari logam terbaik bernama irianite, kabar baik mengenai keberadaan Trinata pun mereka dapatkan sebagai tujuan berikutnya mengumpulkan kunci Tetrabarun.

Dua hari berlayar, mereka mulai sibuk melatih diri untuk bersemedi dan mengalirkan pancaran sastra kepada senjata pusaka yang mereka miliki masing-masing, untuk bisa menggunakan kekuatan tantra. Dan kemampuan itu bisa berguna melawan kampiun suci, atau lawan yang memang ahli dalam tantra.

Di samping teman-temannya yang sibuk bersemedi, Renggi tidak berniat menjadikan senjatanya sebagai pusaka untuk menguasai kekuatan tantra. Dia lebih fokus dengan penelitiannya mengenai energi quantum dan hal lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki bangsa manusia.

Di tengah malam, kapal Mena melewati sebuah pulau dan dihadang kapal patroli yang menjumpainya. Sebuah kapal layar bernama semang yang terbuat dari kayu dan struktur anyaman daun nipa sebagai layar.

"Kalian berlayar di wilayah pribadi tuan tanah," ucap seorang dari kapal patroli. "Karena itu, kami akan membawa kalian menemui tuan kami!"

"Memangnya ada sebuah pulau yang dimiliki secara pribadi?" Tanya Sandanu. "Apakah tidak ada ketua suku di pulau itu?"

"Lebih jelasnya kalian ikut kami terlebih dulu!"

Memahami keadaan ini, Isogi tidak ingin timbul masalah yang menghambat ke tujuan. Dari yang diketahuinya, setiap wilayah di negeri Karra telah terbagi dalam suatu wilayah adat dan tidak pernah dirinya mendengar ada seorang tuan tanah yang memiliki pulau pribadi seperti ini.

Renggi yang paham bahwa ini adalah bagian dari pulau terluar yang berada di Laut Lepas, dia mencurigai sosok di balik tuan tanah.

Terlihat, pulau yang cukup besar dengan sebuah bukit di bagian dalam dan sisi pulau merupakan tanah basah yang terendam air akibat pasang surut ombak yang disebut lahan paya.

"Tempat ini lebih megah dibandingkan tanah negeri yang pernah kita kunjungi," ungkap Mutia yang melihat gemerlap penerang yang berada di dalam bola kaca.

Dari arah dermaga yang menyambung dengan pemukiman penduduk dari jembatan besi yang menyangga jalan besar dan juga rumah-rumah di atas paya, terdapat bola lampu yang menerangi dengan aliran listrik bertenaga disel di suatu tempat.

Lihat selengkapnya