GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #276

S6. Tanah Biak

Seharian penuh armada Kolosebo melewati kanal Manokwari dari arah samudera Arafura, dengan diikuti pasukannya, kini telah keluar di ujung kanal menghadap Laut Lepas.

Lambang kebesaran armada Tetrabarun, milik Baruna Kala yang bergambar tengkorak dengan dikelilingi dua belas angka dan jarum jam yang menembus tulang tengkorak, berkibar bersama hembusan angin kencang. Kencangnya deburan ombak pun dihantam demi tujuan besar, mendapatkan kembali kunci Tetrabarun miliknya.

Singkatnya sepekan kemudian, Baruna Kala sampai di lokasi keberadaan Trinata di pulau Warmambo. Sebuah pulau kecil di wilayah Laut Lepas dengan sebuah laguna besarnya yang didiami oleh orang-orang Biak, dari wilayah adat Saireri.

"Apa belum ada kabar dari Pilar Siang dan Pilar Senja?" Baruna Kala merasa sudah menunggu lama sejak tiba di pulau Warmambo.

Sebelumnya, dia pun sudah memerintahkan Pilar Malam dengan kemampuannya berenang di lautan. Tapi hasilnya, anggota Gangsal Cagak asal tanah Mentawai itu tidak bisa menerobos masuk tanah Biak sekalipun dari dalam laut. Ada selubung aliran sastra alam yang melindungi secara berkesinambungan.

"Kita tunggu saja," timpal salah satu Kalang bersaudara yang memiliki badan lebih kekar dibandingkan saudaranya yang kurus berisi. "Mereka pasti kembali."

Sejak pagi hari sampai di sana, dan kini matahari telah condong ke arah barat. Baru Kala mulai risau sebab dia menyadari bahwa mereka, anggota baru yang bergabung dengan dirinya memiliki motif masing-masing, tak terkecuali Pilar Siang dan Pilar Senja yang pergi ke tanah Tobati.

Ketika kegelisahan dan rasa lelah menunggu menyelubungi armada Baruna Kala, sebuah sinar bergelombang dalam lingkaran muncul. Terlihat, dua anggota Gangsal Cagak keluar melalui jalan mimpi.

"Kami mendapatkan energi quantum." Pilar Senja memberikan bola kristal dengan pola gerak fraktal di dalamnya berbentuk pancaran plasma.

Baru Kala menerima energi quantum, memperhatikannya dan merasa takjub dengan teknologi peninggalan imperium Melanesia. "Lalu bagaimana kita menggunakan benda ini?"

Kalang bersaudara yang memiliki suara lembut menyahuti. "Energi quantum bisa mendeteksi melalui sensor dari pola fraktal yang akan menciptakan gelombang untuk menetralisir suatu pertahanan baik energi sastra maupun tantra."

"Selain itu, energi quantum berguna dalam mengoperasikan suatu sistem otomatis ketika sensor bekerja," imbuhnya.

Baruna Kala yang paham dan mengerti mengenai selubung sastra di tanah Biak, dia hanya perlu mengontrol energi quantum melalui kekuatan sastranya untuk mengoperasikan sensor agar energi quantum bekerja sesuai kehendaknya.

"Aku akan mencobanya."

Dari atas dek armada Kolosebo, terlihat Baruna Kala mengalirkan kekuatan sastra berelemen misterius yang mewakili indra keenam, dengan kemampuannya mengendalikan waktu. Selanjutnya, energi quantum mulai berkerja dengan sensor yang memahami kerja selubung sastra di tanah Biak.

Seluruh kru armada Kolosebo, maupun pasukan Baruna Kala dari kapalnya masing-masing, menyaksikan aliran sastra alam yang kuat di sekeliling pulau Warmambo. Dari bola kristal energi quantum, muncul pancaran plasma dengan pola fraktal yang kemudian menetralisir selubung sastra.

Lihat selengkapnya