GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #277

S6. Pilar Fazar

Dari kejauhan, rombongan Sandanu di kapal Mena telah mengamati pasukan Baruna Kala yang memasuki wilayah tanah Biak di pulau Warmambo, dan meninggalkan armada Kolosebo di depan laguna Numfor. Mereka tahu, bahwa Tetrabarun itu memiliki energi quantum yang berhasil menghancurkan selubung sastra pelindung.

Sambil menyusun rencana, kini langit mulai petang dan armada Kolosebo masih tetap di tempat seakan dalam posisi menunggu. Dari jarak cukup jauh, mereka sadar bahwa armada induk tersebut tidak melakukan pergerakan seakan jangkar telah ditambatkan. Karena ukuran kapal Mena yang lebih kecil, keberadaannya tidak diketahui dan mereka mendeteksi melalui sensor suara dari kemampuan Sandanu.

"Sejauh ini, kita tidak mendengar suara pertempuran atau melihat efek dari kekuatan sastra yang digunakan," kata Isogi. "Apa yang terjadi di tanah Biak?"

Semuanya pun merasakan keanehan, sebab dari sore telah diketahui bahwa pasukan Baruna Kala telah dikerahkan masuk ke laguna Numfor. Seharusnya, dengan banyaknya kapal jung yang dibawanya pasti terjadi pertempuran hebat melawan penduduk tanah Biak.

"Ini sangat aneh sekali," timpal Renggi. "Bahkan armada induk mereka seakan tidak mendapatkan kabar dan tepat menunggu."

"Kita tidak bisa menunggu seperti," ucap Sandanu. "Sekarang lebih baik kita dekati armada induk, pasti di sana tidak ada Baruna Kala."

Mereka yang telah menyusun rencana, dan mulai penasaran dengan keadaan di tanah Biak memutuskan untuk mencari tahu langsung. Mengingat, di sana hanya ada armada induk tanpa satupun kapal pendamping.

"Kalau begitu, aku akan memegang kemudi." Galigo dengan diikuti Boe dan Mutia menuju ruang kemudi.

Di samping itu, Sandanu bersama Isogi dan Renggi bersiaga di dek depan ketika kapal Mena kembali berlayar mendekat ke armada induk milik Baruna Kala. Cuaca yang cerah, langit bersinar terang dari bulan sebelum purnama dan telah muncul sejak senja dengan merona.

Semakin mendekat, semakin terlihat pasukan perompak berkumpul di dek kapal penuh siaga. Renggi menyadari bahwa tidak ada Baruna Kala di armada itu, ataupun pengawal pribadinya yang dijuluki Kalang bersaudara. Di mana salah satu dari ras kuno tersebut, berhasil membaca pikiran Renggi mengenai adanya Trinata.

"Mereka hanya pasukan perompak biasa," kata Renggi, percaya mampu menghadapi mereka.

Isogi yang memang tidak kenal dengan sosok penting di armada Baruna Kala, dia justru menyadari seseorang yang pernah dilihatnya. "Apakah aku tidak salah liat, ada orang Dayak di sana?"

Lihat selengkapnya