GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #279

S6. Fisjajao

Lima hari sebelum kejadian di luar pulau Warmambo.

Terlihat hamparan tanah lapang yang ditumbuhi lumut dan berbagai jenis rumput teka-tekian dengan beberapa semak-semak yang acak bergerombol, terlihat di antara lereng-lereng pegunungan Bintang yang puncaknya berselimut salju dengan latar puncak tertingginya, puncak Mandala. Tempat ini bernama tundra Oksibil.

Tundra Oksibil merupakan bagian utama dari tanah Ngalum di wilayah adat LaPago, yang hidup di daerah pegunungan. Terlihat rumah ap iwol berbentuk melingkar dari papan kayu pinus dengan atap miring ke samping segi tiga, yang sisinya disangga pilar kayu gelombang mengelilingi dinding bangunan. Rumah-rumah penduduk berdiri berjauhan menciptakan keacakan yang serasi dengan padang tundra, sehingga tidak tampak adanya jalan besar, hanya hamparan rumput dan lumut di bebatuan.

Penduduk di sana mengenakan kain walimo dari serat kayu berhias kulit kerang dan rumbai. Mereka juga mengenakan perhiasan anyaman rotan di pergelangan kaki dan tangan bernama sekan dan memakai topi bulat dari bulu burung yang disebut sewasi.

"Akan ada pertemuan Fisjajao di tanah kita," ucap seorang wanita yang sedang memetik beri di samping rumahnya bersama anak-anak gadisnya.

Wanita dan anak-anaknya melihat rombongan tamu besar yang dijemput dan datang menaiki bison. "Siapa mereka, mama?" Tanya anak gadisnya yang kecil.

"Mereka merupakan para petinggi negeri Karra yang ditunjuk oleh Karradev sebagai pemangku wilayah adat di daratan Labadios," jawab mamanya.

Enam ketua suku yang mewakili wilayah adat masing-masing itu naik di atas bison, dan dikawal oleh prajurit keraton Namatota. Keraton Namatota yang berdiri megah nan menjulang dari bangunan melingkar, rumah ap iwol yang berlapis emas. Terletak di tepian genangan mata air, yang terdapat sekumpulan angsa berenang di tepiannya.

Dari atas bison, Fisjajao yang hadir melambaikan tangan kepada penduduk tanah Ngalum yang menyambut dengan senyuman ramah. Di kejauhan, segerombolan rubah seakan penasaran, mengintai dari balik semak-semak. Dan kelinci yang hilir mudik, seakan terkejut melihat kehadiran orang asing yang mengenakan pakaian berbeda-beda.

Keraton Namatota yang tidak memiliki benteng pelindung, seakan mempercayai keamanan dari tundra Oksibil yang dikelilingi pegunungan dan letak rumah penduduk yang berjauhan, menjadikan pemandangan yang tidak bisa disusupi mata-mata.

Terlihat, ketua suku tanah Ngalum menyambut tamunya mengenakan baju dari kain walimo seperti penduduk di sana. Yang membedakan, beliau sebagai ketua suku, tuan Wolangtua Aiduma mengenakan wam maik yang menghiasi hidungnya dari taring babi sebagai simbol status tertinggi dan tato tubuh.

"Yepmum." Sapa ketua suku tanah Ngalum dengan bahasanya, yang memimpin wilayah adat LaPago.

Lihat selengkapnya