GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #2

S1. Tabib Istana

Rendang adalah makanan khas yang dibuat oleh tangan ahli masak Minangkabau dan memiliki cita rasa terlezat di dunia. Terbuat dari daging sapi dengan rasa pedas yang dioleh memakan waktu lama saat dipanaskan dengan santan kelapa dan campuran rempah-rempah seperti cabai, serai, lengkuas, jahe, kunyit, bawang putih, bawang merah dan yang lainnya.

Untuk rendang yang terkenal di tanah Minangkabau adalah rendang di restoran Padang. Restoran padang sendiri berdiri di depan taman kota dengan area sangat luas yang bisa menghimpun ratusan pengunjung. Nuansa interiornya penuh warna merah dan ornamen bermotif bunga dan akar-akar berbiji.

“Sebenarnyo apo yang sudah membawa kalian ke tanah Minangkabau, Nak?” tanya kakek yang duduk di depan mereka.

Kakek ini sendiri adalah orang tua dari pemilik restoran Padang yang kebetulan melihat mereka dan iba terhadap mereka berdua.

“Kami dari tanah Aceh, di sini kami hanya singgah,” jawab Mutia.

“Iya,” tambah Sandanu dengan mulut masih penuh daging rendang. “Kami akan pergi mencari negeri Galuh.”

“Negeri Galuh?" Kakek itu heran.

Sandanu berhenti mengunyah dan melirik Mutia yang juga terkejut. Seketika, Sandanu langsung menelan semua isi dalam mulutnya. “Jadi, kakek juga tidak tahu negeri itu?”

“Bukankah itu hanya mitos?”

Mutia menggaruk rambutnya meski tidak merasa gatal. “Aku tahu, semua orang pasti menjawab begitu.”

“Kalian masih muda, bagaimano kalian tahu tempat itu ado, sedangkan dari zaman ambo masih anak-anak negeri itu dianggap sebagai negeri dongeng sajo.” Kakek yang belum menyebutkan namanya, merasa aneh bertemu dengan anak muda yang mencari negeri antah berantah.

Sandanu pun sadar dengan pernyataan kakek itu. Sudah beberapa tempat disinggahi dan orang yang ditemuinya menjawab sama mengenai negeri Galuh yang hanya mitos belaka. Tapi tekadnya tidak akan pernah berhenti dan yakin pencariannya tidak akan sia-sia.

“Meskipun semua orang tidak percaya dengan negeri Galuh, suatu saat nanti aku akan menemukannya dan membuat seluruh dunia meyakini tentang negeri Galuh.” Sandanu tidak pernah menarik kata-katanya sampai kapan pun juga dan pernyataannya sudah didengar oleh banyak orang sejak meninggalkan tanah Aceh.

Mutia yang percaya dengan keyakinan Sandanu, akan selalu mengikutinya. Karena hanya Sandanu, satu-satunya orang yang Mutia miliki. Harapannya akan menjadi harapan Mutia, tujuannya akan menjadi tujuan Mutia dan jalan hidupnya akan menjadi jalan hidup Mutia. Sampai kapan pun dan di mana pun, Mutia tidak akan meninggalkan Sandanu. Dan akan selalu ada di sisinya.

Meskipun orang tidak mempercayai kata-katanya, meskipun orang mengolok-oloknya dan meskipun orang menghinanya, Mutia akan menjadi orang yang pertama membelanya. “Kami pasti akan menemukan negeri itu.” Mutia angkat bicara dengan mantap.

Lihat selengkapnya