Saat bulan muncul di ufuk timur, teluk Dhamna terbelah dan muncul istana kerajaan negeri Tirta dari dalam lautan. Pesta pantai dimulai dan kegembiraan menyelimuti tanah Melayu.
Jauh di dalam hutan, tiga orang berjubah bintang merah melihat pembukaan pesta pantai dengan meletusnya dua gunung berapi mengeluarkan lavanya. Mereka masih terbang dengan menggunakan pasir melayang.
“Kamu payah sekali Cancer, pasirmu berjalan lelet,” keluh Pisces.
Cancer yang tidak terima marah. “Wajar saja, ini kan daratan dan tidak ada pasir di permukaan tanahnya.”
“Ketua Aquarius, aku lelah,” keluh Cancer manja. “Kamu tahu kan aku anggota paling muda jadi maaf ya kalau karena aku semuanya menjadi terlambat.”
“Sudahlah diam,” hardik Aquarius. “Setibanya nanti di teluk Dhamna kamu bisa menyerap sastra besar.”
“Terima kasih ketua Aquarius,” Cancer kagum dengan kebaikan hatinya. Dalam hati, dia benar-benar memuji Aquarius dan ingin sekali memeluknya dan hidup bersamanya.
“Ketua, kamu terlalu memanjakan anak itu,” kata Pisces. “Bisa-bisa dia menjadi anggota terlemah dan ini akan buruk bagi tim kita.”
“Ya biarin, toh aku juga anggota baru yang seharusnya kalian bimbing dengan baik supaya aku bisa jauh lebih hebat,” sahut Cancer. “Iya kan ketua Aquarius?”
“Lebih baik kalian berdua diam atau aku akan membekukan kalian berdua.” Aquarius bersikap dingin.
Mereka berdua menunduk. “Maaf ketua Aquarius.”
Meskipun pasir melayang Cancer berjalan lambat, mereka tetap bisa memasuki tanah Melayu di tengah malam. Dan pada waktu itu, mereka bisa menyusup dengan mudah melalui bukit bergaram yang sepi pengamanannya dan karena pengendalian gurindam 12 mengeluarkan gelembung. Lagi-lagi Pisces harus menggunakan kemampuannya.
“Kita harus berada di tengah-tengah istana Dhamna!” kata Aquarius.