GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #32

S1. Sastra Hikayat

Waktu terjadinya kekacauan dimulai pada tengah malam saat hari berganti dan bulan purnama di atas kepala. Sebuah ledakan pertama kali terjadi di dasar laut sekeliling istana dan ledakan-ledakan menyebar dan memasuki tabung-tabung air tempat orang-orang berkeliling.

Saat terjadi ledakan, Sandanu bersama rombongannya berada di dalam tabung menuju luar teluk Dhamna. Han Tuah mengajaknya keluar karena beliau segera meninggalkan istana Dhamna menuju gunung tempat persembunyiannya selama ini.

“Apa yang terjadi Kek?” teriak Sandanu mendengar ledakan di bawah dan terlihat kehancuran di sekeliling istana Dhamna.

Han Tuah tidak pernah menduga bahwa hal ini akan terjadi, ini pertama kalinya pertahanan istana Dhamna bobol oleh penyusup. “Tidak mungkin, Tirtadev.” Beliau mengkhawatirkan Tirtadev muda yang baru menjabat lima tahun yang lalu.

“Bukankah istana ini diperketat pengamanannya?” ucap Way Gambas.

“Tidak, TIDAK…..” teriak Mutia histeris.

Gadis tanah Aceh itu ketakutan setengah mati dan Sandanu yang tidak tahu apa-apa merangkulnya untuk menenangkan Mutia. “Kamu kenapa? Apa yang terjadi denganmu?”

“Dia…dia….,” suaranya bergetar. “Dia ada di sini.”

Han Tuah yang mencoba menangkap tabir di balik kekacauan ini, beliau ingat dengan sebuah pesan yang dia dapatkan dari perempuan hitam manis di atas bukit bergaram. Dia menggenggam erat sebuah gulungan yang diambil dari kantong jubah putihnya. Matanya tajam melihat kekacauan yang penuh ketakutan dan penderitaan.

Zaman kini mulai berubah lagi. 97 tahun yang lalu perang dunia kedua didamaikan pada tanggal 12 bulan Setra di tahun 567 Zodiark dengan terbentuknya lima negeri adidaya pemilik mahkota yang tidak banyak diketahui asal-usulnya, namun sangat diperebutkan pada masa itu. Dan kini kekacauan besar terjadi dalam istana kerajaan besar yang pasti ada tujuan di baliknya untuk mengubah tatanan dunia sekarang.

Memang perkembangan zaman mengubah segala bentuk konspirasi dan tipu daya diatasnamakan perdamaian, tapi sesungguhnya dunia tidak pernah berhenti berperang. Perang dingin yang terjadi hanya mengaburkan dari pandangan rakyat yang lemah, yang sebenarnya dunia penuh penderitaan.

“Siape yang berani melakukan ini?” Han Tuah tidak melihat adanya serangan dengan banyak pasukan.

Dilihatnya, orang-orang menangis ketakutan dan kesakitan. Mayat-mayat terkapar tanpa dipedulikan. Mereka yang kuat mencoba membantu, tapi usahanya sia-sia. Di bawah adalah lautan dan yang jatuh akan tenggelam. Tabung-tubung pecah dan terputus, bangunan istana hancur dan beberapa menara ambruk. Api berkobar di atas lautan. Ini peristiwa besar yang akan mengubah tatanan dunia.

Lihat selengkapnya