Menuju arah utara istana Dhamna, Cancer yang berlari dihadang oleh sekelompok pemuda. Mereka yang dari tanah Akit dan tanah Sakai. Tentu saja mereka tidak akan mundur begitu saja karena telah berjanji pada temannya.
“Hay, kenapa kalian menghadang jalanku?” tanya Cancer kesal. “Bukannya aku tidak mengenal kalian, tapi apa aku memiliki urusan dengan kalian. Huft menyebalkan…”
Cancer bergaya jutek melihat mereka yang sekitar delapan orang. Karena mereka hanya diam tidak menjawab pertanyaannya, Cancer pura-pura tidak peduli dan langsung berjalan begitu saja di depan mereka.
Tapi salah satu dari mereka yang telah berjanji pada teman yang awalnya adalah musuh, dia langsung melakukan serangan. “Batu kuarsa bersinar…. PENGHANTAR LISTRIK…” Sebuah aliran air yang bermuatan listrik menyerang Cancer.
Cancer yang berpura-pura tidak peduli langsung basah tersetrum sambil terkapar di atas es purba. Dia pun mencoba bangkit beberapa saat kemudian sambil marah-marah. “Hey payah sekali, tampan-tampan ko nakal.” Cancer memperhatikan pemuda tanah Sakai yang berambut kuning dan bertubuh tegap, wajahnya pun rupawan.
Seorang gadis berambut merah yang berdiri di samping pemuda yang melawan tadi marah. “Sialan! Kamu menggoda kakaku.”
“Heh, jadi kalian kaka beradik, apa kalian semua adalah kaka beradik juga, lalu siapa kaka pertamanya dan orang tua mana yang bisa melahirkan anak yang umurnya terlihat tidak jauh berbeda. Apa setiap akhir pekan dia melahirkan satu orang anak?” Pertanyaan Cancer meluncur tanpa hentinya membuat mereka semua kesal.
Segera satu persatu melawannya dengan fisik. “Ini menjadi pemanasan yang menyenangkan…” ucap Cancer. “Batu mirah delima bersinar… biji pasir…” Cancer menggunakan mantra biji pasir yang mampu melemahkan lawannya dengan serangan kecil dan memasuki tubuh lewat hidung.
Kemudian, lawan yang terserang akan mengalami lumpuh karena setiap cairan di dalam tubuh akan berubah menjadi butiran pasir dan lawan mati. Dua orang lawan pun jatuh terkapar membuat yang lainnya mundur.
Tapi bukan kabur, mereka menyerang dengan kemampuannya. “Batu jasper bersinar… BINTIK BERLUBANG…” Pengendali batu jasper dari tanah Akit menunjuk pijakan bawah Cancer hingga berbintik dan bintik itu membesar menjadi lubang di atas es purba. Cancer pun jatuh ke dalam lubang itu yang langsung sampai laut.