GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #38

S1. Laskar Aceh

Terlihat di tepian garis samudra Natuna berbaris puluhan kapal perang dengan satu kapal induk yang bernama Cakra Donya. Mereka adalah pasukan yang datang jauh dari ujung negeri Tirta, yang disebut sebagai Laskar Aceh. Bendera bergambar bulan sabit dan bintang pun berkibar dari sorotan pencahayaan kapal dan sinar purnama. 

Di depan kapal Cakra Donya berdiri seorang wanita muda yang tangguh dan bersemangat. Matanya tajam saat sesuatu yang terbang mendekat dan hinggap di telapak tangannya. Segera, yang berada di telapak tangannya berubah seketika menjadi lembaran kertas berisi pesan. Yang tadi itu merupakan kemampuan pengendalian batu akik yang dimilikinya, dengan mengubah origami kertas mampu hidup dan menjadi mata-mata. 

“Pesan telah tiba yang mulia ketua suku.” Wanita itu memberikan pesan yang didapatkannya kepada pengawal ketua suku untuk dibacakan.

Dari pesan tersebut, ketua suku tanah Aceh mengetahui apa yang telah terjadi di istana Dhamna. Tujuannya yang datang mengkudeta ratu Kandis dan merebut mahkota elemen air terpaksa digagalkan karena berita mengenai Arakar benar-benar terjadi. Selain itu, ada pula kabar mengenai Sandanu dan Mutia yang dikatakan berasal dari tanah Aceh bersama Han Tuah. 

“Siapa mereka?” tanya ketua suku. 

Pendamping ketua suku menjawab. “Mereka berdua murid syekh Sayuti, yang mulia.”

Ketua suku tanah Aceh terkejut. “Ternyata mereka masih hidup.” Mengingat ketua suku sendiri pernah mengutus orang untuk membunuh mereka. “Dan sejauh inikah mereka berdua mencari negeri Galuh.” Beliau merasa heran dan kagum. 

“Sekarang apa yang akan kita lakukan yang mulia?” tanya wanita pembawa pesan yang menyanggul rambutnya.

Ketua suku berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju sisi dek kapal. “Meskipun negeri ini menganaktirikan tanah Aceh, bagaimanapun juga orang Melayu adalah saudara kita karena harga diri daratan Andalas tetap milik bersama dan Arakar mencoba merenggutnya.” Ketua suku pun menoleh wanita di sampingnya. “Siapkan pasukan untuk menyelamatkan negeri Tirta sekarang juga, Laksamana Malahayati.”

Lihat selengkapnya