Masa kecil Aquarius, dia hidup di tanah Aceh sebagai anak jalanan. Pekerjaannya adalah mencuri dan sering dihajar orang jika ketahuan. Aquarius tidak mengetahui siapa orang tuanya, dia besar di panti dan melarikan diri dari panti hingga menjadi gelandangan.
Suatu saat, dia menemukan batu kecubung saat seseorang membuangnya ke dalam hutan dengan dibungkus karung karena mencuri, di umur sepuluh tahun. Karena memiliki batu akik, Aquarius semakin kuat dan dia ingin menjadi orang hebat dan berguna, tapi orang-orang selalu meremehkannya.
Akibat diremehkan itu, Aquarius menghajar orang-orang di pasar karena dia dianggap pencuri dan pencuri adalah pecundang karena beraninya dari belakang. Karena tidak tahan dengan ejekan orang, Aquarius marah dan membuat pasar porak poranda. Kejadian itu, membawa Aquarius ke keraton Samudra Pasai untuk mendapat hukuman.
Ketua suku tanah Aceh mengadilinya dan tidak mendapatkan asal usul status Aquarius dan dia anak yang selama ini membuat keonaran di pasar dan merugikan banyak orang. Ketua suku siap menghukum Aquarius dan mengambil batu akiknya.
Ketika batu kecubung itu akan dilepas, batu itu membeku kuat di jarinya. “Apa yang terjadi?” Ketua suku mendekati Aquarius yang saat itu berumur lima belas tahun.
“Batu akik ini tidak bisa dilepas.”
Ketika ketua suku akan melepasnya dengan paksa memotong tangan Aquarius, anak itu berteriak keras dan hal mengejutkan terjadi. Seluruh keraton Samudra Pasai membeku oleh es berwarna keunguan.
Hal itu membuat keresahan semua penduduk tanah Aceh. Istana megah Samudra Pasai membeku. Kemudian, bangsawan Umar dipanggil ketua suku untuk melepaskan es di keraton Samudra Pasai.
Bangsawan Teuku Umar dan istiranya Cut Nyak Dien menghadap ketua suku dan mereka diperintahkan untuk melepaskan es. Sebelum melakukan hal itu, mereka menemui Aquarius yang dipenjara untuk mengkonfirmasi jenis pengendalian apa yang membuat keraton Samudra Pasai bisa membeku.
Aquarius yang tidak tahu, hanya menggeleng kepala. Teuku Umar yang mengetahui kepolosan anak itu memakluminya. Mereka sepakat untuk melepas es yang membekukan istana dengan syarat agar ketua suku mau melepaskan anak itu.
“Baiklah, tapi dia harus diasingkan dari tanah Aceh.” Itu kesepakatan yang mereka buat dengan ketua suku. Kedua pasangan bangsawan itu akan melakukan sebuah pengendalian akik dengan teknik rahasianya dalam upacara yang khusus.
Setelah itu, mereka menitipkan putrinya sebelum melakukan hal yang besar bagi tanah negerinya di menara Kubah Emas “Sayang, kamoë akan pergi ke surga.” Cut Nyak memeluk putrinya Cut Mutia.
Umar pun membelai halus rambutnya. “Berbuatlah yang baik, Mutia akan tinggal bersama Syekh Sayuti Malik mulai sekarang.”