Keempat orang yang melakukan serangan di pasar Apung, mereka adalah mata-mata yang diutus dari tanah Dayak. Mereka sudah mengincar Boe sejak sampai di tanah Banjar karena mereka tahu bahwa anak itu tidak ada di tanah Dayak. Karena sudah lama, Boe dicari-cari oleh orang Dayak untuk kepentingan tertentu, tapi Boe sendiri tidak tahu kelebihan yang tersimpan dalam dirinya.
“Apa yang akan kita lakukan sekarang Ka?” tanya pengendali batu mustika kelabang, Tigoi.
“Kita akan menyerang mereka langsung, sebelum pihak istana datang!” balas orang yang dipanggil kaka karena terlihat lebih dewasa dari yang lain, Patianom.
“Tapi, kita tidak boleh menampakan diri Ka. Itu yang diperintahkannya,” sahut orang yang mengendalikan debu timbal dengan batu akiknya, batu Galena. Dia bertubuh besar dengan kepala botaknya, Baboe.
“Apa tidak berbahaya nantinya untuk kita sendiri?” tanya yang lainnya, laki-laki yang terlihat lebih modis dengan rambut belah tengah, Samdong.
“Yang utama, kita harus mendapatkan bocah itu…!” kata Patianom.
Kemudian, mereka menapakkan kaki di atas sungai Barito. Mereka memiliki aliran sastra yang bisa meringankan tubuh hingga mampu berdiri di atas air, tapi berbeda dengan mantra yang digunakan oleh Galigo. Dan mereka pun berlari mendekati targetnya.
“Mutia, pergi dan suruhlah semua orang meninggalkan sungai…,” kata Galigo. “Aku percaya kamu mampu melakukannya.”
Sandanu pun menoleh pada Mutia dengan anggukan.
“Hati-hati dan jaga Boe atau Isogi akan menghukum kalian,” kata Mutia dan dia segera pergi melakukan yang harus dia lakukan.
Melihat orang yang dikenalinya, Galigo jalan mendekati dia. “Aku jadi ingan pertemuan pertama dulu, Eran,” kata Galigo.
Waktu pertama kali Galigo bertemu Eran di pasar, Galigo yang disuruh ibu panti untuk belanja sebagai hukuman dicegat oleh preman pasar dan saat itu Eran datang menolongnya. Sejak itu mereka berteman dan Eran yang gelandangan, hidup bersama Galigo di panti asuhan.
Eran tersenyum. “Benarkah? Kukira kamu sudah melupakanku,” katanya, “kalau begitu, mari kita lakukan seperti dulu.”
“Boe, kamu tidak apa-apa?” tanya Sandanu.
“Aku tahu bahwa aku adalah target mereka,” ucapnya, “aku akan lebih hati-hati.”
Kelompok pelindung Boe pun siap menghadapi mereka yang akan menangkap Boe, entah karena alasan apa dan untuk kepentingan apa Boe harus mereka tangkap.
“Batu galena bersinar…. DEBU TIMBAL.” Baboe menjadi orang yang melakukan serangan pertama.
Eran langsung mengudara dan melawannya. “KIPAS ANGIN….” Eran akan menghadang dan mengalahkannya.
“Batu mustika kelabang bersinar…. KAKI SERIBU…” Tigoi tidak ingin ketinggalan dari rekannya.
Sandanu pun melancarkan serangannya. “CAKAR HARIMAU…”