GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #64

S2. Tanah Dayak

Bulan nampak tersenyum. Langit malam berseri dengan ribuan bintang yang berkerlap-kerlip menghiasi. Udara berhembus dingin di tengah malam itu, menggoyangkan rimbunan dahan di dalam hutan. Termasuk pohon beringin besar yang siang tadi dikunjungi banyak orang. Ya, di atas pohon itu peti mati dari mayat ibu suri disemayamkan sebelum mengalami kremasi dalam upacara tiwah.

Nampak akar-akar beringin bergelantungan di atas tanah seperti untaian penderitaan dari meraka yang terombang-ambing dalam perjalanan menuju alam kelanggengan. Akankah hal itu terjadi pada ibu suri yang berbakti pada negeri? Di malam itu, telah berdiri empat orang menatap peti mati mayat ibu suri untuk dicuri.

“Kakak yakin yaku harus mengambil peti mati itu?” tanya Samdong. “Bagaimana kalau itah terkena kutukan atau kewalat?”

“Ibu suri sudah mati tolol,” jawab Patianom tidak peduli meskipun pemakaman ibu suri langsung dikeramatkan. “Tanpa mayat itu, itah tidak bisa melakukan ritual pelepasan kitab pusaka dan hanya ibu suri yang mampu menerjemahan isi kitab itu.”

Awalnya, Patianom dan para Adipati merencanakan pembunuhan ibu suri. Dengan meninggalnya ibu suri, dirinya bisa menghidupkannya kembali dan mengontrolnya dalam kendali kekuatan sastra rahasia, mamajung. Dan sekarang, Patianom hanya perlu mencuri mayat itu.

“Apa yang lain tidak bisa membantu?” Samdong menatap rekannya, Baboe dan Tigoi.

“Hanya ikau yang bisa,” sahut mereka kompok membuat Samdong mengeluh dengan desahan nafasnya.

Kemudian, dia melangkahkan kaki mendekati pohon beringin. Biarpun tubuhnya merinding penuh rasa takut yang menggerogotinya, Samdong lebih takut lagi jika Patianom marah besar nantinya. Dengan tekad terpaksa, dia harus mengambil peti mati itu.

“Di atas tanah kita berpijak dan di dalam tanah kita bersemayam, batu mutiara rawa banga bersinar,” Samdong mengucapkan syair dan batu akik bersinar ditunjukkan kepada peti mati. “Lumpur hisap.” Lalu, muncul segumpalan lumpur yang menyelimuti peti mati itu dan terhisap, hilang menuju ruang yang sudah Samdong pikirkan.

Peti mati itu pun muncul di sebuah tempat dalam gua yang diterangi oleh api obor. Di sampingnya pun ada peti mati yang terbaring bocah yang telah mereka curi. Kini persiapan ritual telah terpenuhi, esok malam upacara akan segera diselenggarakan. Upacara pembukaan segel kitab pusaka dan kekuatan rahasia tanah Dayak.

***

Kota Padang Dua Belas adalah kota terbesar kedua di tanah Dayak selain kota Kutai, tempat berdiri istana negeri Dhara yang sayangnya telah hancur tanpa menyisakan puing kenangan, istana Kutai menghilang di tengah malam di saat orang-orang terlelap dalam tidurnya.

Malam itu pula, awal mula perubahan besar di negeri tanpa mahkota. Kabar yang terdengar, ada seorang memakai jubah hitam berlambang bintang merah yang tidak lain adalah Arakar. Dia menggunakan kekuatan sastra yang maha dahsyat hingga menghilangkan istana Kutai tanpa menyisakan puing kenangan. Kini letak istana itu kosong bagaikan lapangan yang tidak berumput. Hanya hamparan tanah berdebu.

Di samping itu, tatanan kota Padang Dua Belas tetap sama memukau. Rumah-rumah berbaris laksana garis lurus tiada putus. Deretan rumah bergaya arsitektur radakng yang memanjang sepanjang jalan di kiri dan kanan. Rumah mengikuti arus jalan besar yang terlihat hitam tanpa ada batu yang mencuat.

Rumah radakng yang bergaya panggung bertiang penyangga tinggi setinggi pohon kelapa hingga orang-orang melihatnya seperti rumah mengapung di udara. Di bawah rumah radakng pun bisa tumbuh pohon perdu atau sebagai tempat binatang ternak.

“Ini rumah panggung paling tinggi yang pernah aku lihat,” Sandanu terkejut melihat rumah dengan tiang panggung tinggi hingga bisa melihat orang di seberang rumah.

Rumah radakng dibangun menggunakan kayu ulin dan terdapat tiga ruang dari setiap bilik. Dari belakang ada pedapuran, kamar tidur dan ruang tamu. Di bagian depan terdapat anak tangga, dan Chalid mengajak mereka untuk memasuki sebuah bilik tempat istirahat.

“Selamat datang di rumah kami,” sambut pemilik rumah.

Terlihat ruang tamu begitu lenggang, hanya ada pene yang dijadikan tempat untuk melayani tamu. Selain itu, datang gadis-gadis cantik yang menari tarian manasai dengan iringan lagu manasai pula. Dan ini merupakan tarian pergaulan dalam penyambutan tamu.

Lihat selengkapnya