GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #66

S2. Ritual Mangkuk Merah

Fazar menyingsing memenangkan sang pagi dari gelapnya malam. Di antara bayang-bayang yang condong ke barat, tangan-tangan terangkat memperlihatkan senjata mandau penduduk tanah Dayak yang telah termasuki roh jiwa-jiwa jahat.

Semalaman ritual mangkok merah telah beredar dan dengan iringan suara kokokan ayam, peperangan pun dimulai. Tanah Dayak mengamuk penuh amarah dan keserakahan. Mereka sesama saudara saling membunuh hanya karena mendukung pihak yang berbeda.

Pihak Adipati Ot Dahum memakai kain biru di lengan kanan dan pihak pangeran Guan memakai ikat tali putih di lengan kiri. Mereka semua berperang merebutkan kekuasaan di depan mata-mata masa depan yang menjerit penuh ketakutan.

Aaa…. Teriakan anak-anak tidak berdosa, mereka melihat peristiwa kelam yang tidak akan terlupakan.

Hya…. Teriakan semangat berkobar para pria atau pun wanita beradu kekuatan dengan mandaunya. Di mana-mana darah mulai tercurah membasahi tanah Dayak dan mayat-mayat berjatuhan. Matahari yang terbit dengan cahaya terangnya, tidak mampu menerangi jiwa gelap mereka.

Di atas menara patung kayu Dharadev pertama yang dibangun mengah di tengah kota Padang Dua Belas, berdiri panglima kerajaan. “Lihatlah, anak cucumu memulai semua pertumpahan darah ini!”

Dengan keadaan Adipati Ot Dhanum, dia berdiri di atas atap menara istana Kotawaringin. Dari sana dirinya mampu melihat peperangan berlangsung di penjuru tanah Dayak. “Harus ada pengorbanan untuk suatu perubahan yang lebih baik lagi.”

Di samping keadaan itu, dalam ruang bawah tanah Patianom berhasil memanggil roh Puaka. Kali ini berbeda dengan Samali’ing, Patianom yakin mampu mengendalikan iblis berkepala tiga itu dalam wujud roh.

Patianom sendiri merupakan orang yang dulu bertanggung jawab dalam proyek senjata yang gagal. Dia masih terobsesi dengan Puaka dan dengan senjata roh iblis itu, Patianom akan menguasai daratan Borneo dan seluruh daratan di dunia.

“Hahahaha…. Yaku akan menjadi penguasa lima negeri besar,” teriak patianom bangga.

Tapi yang mengejutkan terjadi. Iblis bukanlah roh astral seperti roh batu akik lainnya dan Puaka pun tidak terkendalikan. Saat roh Puaka keluar dari tato di leher Boe, iblis itu memberontak dan menghancurkan ruang bawah tanah. Dia pun muncul ke permukaan tanah di pelataran istana Kotawaringin.

Semua orang terkejut ketika tanah amblas dan muncul ular cobra besar berkepala tiga. Adipati Ot Dhanum pun takut, mahluk itu lebih besar dari eksperimen dulu. Bahkan ketika ular itu mengangkat kepalanya, terlihat tinggi seperti bukit.

Puaka yang melihat banyak manusia pun langsung marah. Dengan semburan bisa ular dia memusnahkan manusia di tanah Dayak. Semburan itu pun terjangkau jauh sampai ke tepian pantai, tapi mereka yang di kota Padang Dua Belas masih belum terlihat oleh Puaka karena berada di bawahnya.

“Yang ditakutkan pun akhirnya terjadi,” kata panglima Tjilik Riwut..

Lihat selengkapnya