GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #69

S2. Di Tengah Pelayaran

Kapal pinisi merupakan kapal khas negeri Dirga yang terbuat dari kayu dengan memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar yang mengembang, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan dan dua di belakang. Kapal pinisi yang membawa rombongan Sandanu ikut dengan para pedagang Celebes memiliki warna layar biru tua yang terlihat indah di atas lautan dan di bawah langit.

Kapal pinisi itu berlayar meninggalkan negeri Dhara sejak sore hari hingga ketika pagi menjelang, perjalanan telah berada di tengah samudera Derawan. Angin musim bertiup membawa pelayarannya dalam perjalanan yang menyenangkan. Sesekali terlihat kawanan ikan lumba-lumba muncul, pasukan kura-kura bermigrasi, atau indahnya ubur-bur mengambang di permukaan lautan.

Setelah lima hari berlayar, Eran yang bertugas sebagai navigator berdiri di tempatnya untuk mengawasi arah perjalanan Pinisi. Kabut pagi dengan udara dingin, Eran melihat sesuatu di kejauhan dengan teropongnya. Sebuah kapal layar yang membentangkan benderanya dengan lambang dua ikan marlin yang saling menyilangkan moncongnya.

Terkejut dengan kedatangan kapal yang mendekati pinisi, Eran segera menemui kepala kapal. Dia berlari di antara dek kapal untuk mencari tuan Halu Oleo membuat penumpang was-was. Ketika membuka pintu ruangan kepala kapal, Eran berteriak. “Ada kapal perompak mendekat.”

Kemudian, tuan Halu Oleo mengerahkan awak kapalnya untuk menghindari pinisi dari kapal perompak. Akan tetapi, besarnya kapal layar tersebut tidak mampu menghindar dari arah datangnya para perompak. Dan kini, dua kapal layar berdiri bersebelahan.

Sebuah kapal layar sebesar pinisi yang terbuat dari kayu jati yang kokoh diterjang badai laut, kapal itu berasal dari negeri Sabda bernama kapal jung dan merupakan kapal induk para perompak yang telah mengarungi Samudera.

Tuan Halu Oleo berdiri di dek kapal di dampingi oleh Eran Paerunan. Sementara, awak kapal diperintahkan untuk melindungi para pedagang. “Salam pelaut,” ucap tuan Halu Oleo menyambut kapten perompak. “Kami kapal pedagang dari wilayah negeri Dirga, mohon maaf jika mengganggu pelayaran kalian.”

Seorang perompak muda yang mengenakan ikat kepala melintang di rambut merahnya yang panjang. Dia menerima salam baik dari tuan Halu Oleo. “Salam pelaut,” balas Baruna Kala Samudra. “Seharusnya saya yang meminta maaf karena kapal saya yang membuat pelayaran kalian terganggu.”

Lihat selengkapnya