GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #80

S2. Asthabuddhi

Mata air Luwuk yang terdapat di gurun Wentira memiliki luas berbentuk bulan sabit yang sangat mengagumkan hingga menciptakan daerah subur yang begitu hijau. Ada banyak jenis tumbuhan yang tumbuh dan berbagai binatang dari burung, reptil, amfibi dan binatang herbivora lainnya.

Kota Luwuk memiliki tatanan dari arah timur sebagai rumah-rumah penduduk dari berbagai gaya arsitektur rumah panggung yang beragam. Kemudian, di tengah kota adalah letak mata air yang memisahkan rumah penduduk dan istana negeri.

Di tengah mata air terdapat pulau-pulau kecil dari sudut kanan bulan sabit sampai ke sudut kiri yang berdiri rumah-rumah kedutaan dari 37 tanah negeri bawahan negeri Dirga yang terbentang di daratan Celebes. Untuk istana luwuk sendiri berdiri di bagian lengkungan mata air di sebelah barat.

Di dalam daerah lengkungan ini terdapat tiga bangunan piramida yang dibangun dari batu tanah liat yang dibawa dari tanah Enrekang di sebelah timur gurun Wentira. Sebuah piramida segi empat yang sisi-sisinya begitu landai. Di dalam piramida terdapat ruangan yang berbentuk lingkaran tepat di tengah piramida yang tembus dari bagian bawah ke atas. Di bagian ini menjadi pintu masuk menuju bangunan utama istana Luwuk yang melayang disangga oleh ketiga bangunan piramida ini.

Asthabuddhi melewati lorong udara dari piramida menuju bangunan utama istana Luwuk yang terbuat dari logam perunggu langit atau peral berbentuk piringan terbang. Bahan bangunan yang berwarna putih mengkilap dengan kaca-kaca membuat istana Luwuk berkilau terkena sinar matahari. Bahkan saat malam hari, mampu menciptakan cahaya dari rongga bangunan yang bergerigi di dalam kaca-kacanya.

“Hahaha… Telah berkumpul kalian di istana Luwuk wahai Asthabuddhi,” Dirgadev berdiri dari singgahnya di hadapan mereka. Beliau adalah Dirgadev kedua bernama To Manurung, seorang kakek-kakek sehat berbadan pendek dan terlihat banyak keriputan diwajahnya yang terhiasi kumis lebat menyatu dengan janggut panjangnya. “Dikumpulkannya kalian, nakke (saya) percayakan untuk memegang kekuatan besar dari mahkota elemen udara yang akan dipecahkan untuk menghindari kekuatan jahat yang akan menguasainya.”

“Inakke terima perintah dari Dirgadev.” Asthabuddhi memberi hormat.

“Baiklah!” Dirgadev Manurung mengenakan baju kebesarannya berwarna merah dengan lambang matahari, menerima sembah kesanggupan mereka. “Datanglah menuju ruangan rahasia, seorang bissu akan memimpin upacara ritual yang segera dilaksanakan.”

Kemudian, Asthabuddhi memasuki rungan rahasia di atas singgasana Dirgadev Manurung yang akan menunggu hasil dari upacara pemecahan kekuatan sastra dari mahkota elemen udara.

Di ruangan ini berbetuk bintang segi delapan yang setiap sudutnya menjadi tempat untuk Asthabuddhi. Seorang bissu berdiri di tengah ruangan yang akan memimpin upacara ritual ini. Bissu sendiri adalah orang yang disucikan dan memiliki dua elemen gender yang diperankan oleh laki-laki yang memiliki sifat perempuan dari tokoh agama tolottang.

Lihat selengkapnya