Semalam sebelum kejadian.
Bulan tersenyum tipis menuju putaran kematiannya dengan kerlipan bintang yang memenuhi angkasa malam. Angin pun bertiup begitu tenang di gurun pasir yang dingin. Dari arah sebelah utara daerah oasis Luwuk, ada tiga orang yang berjalan kaki dalam keremangan dengan tenaga yang cukup terkuras bersama lelah yang tidak bertepi.
“ Demi tiga Tuhan, Pulohuta, Lati dan Lausala, Kenapa kita harus berjalan begini?” ucap seorang laki-laki berambut coklat dengan poni panjang ke depan samping kanan, memakai jubah hitam bersimbol bintang merah bagian depan dan simbol dari rasi bintang kambing gunung di bagian belakang. “Sudah hampir sebulan kita harus berjalan kaki dari kota Tolangi di tanah Bugis.”
Seorang perempuan muda berambut oranye terikat dua ke belakang di samping telinga hingga terlihat rambutnya bagaikan mekar bunga, pun menyahutinya. Jubah hitamnya memiliki simbol rasi bintang kupu-kupu di bagian belakang.“Benar, padahal kau memiliki banyak uang untuk menyewa binatang tunggangan, ketua Scorpio.”
Yang disebutkan namanya berhenti seketika. “Kalian mengeluh?” ucapnya yang berjalan di depan. “Aku juga sama.” Dia terlihat paling tua dengan muka berahang tegas dan rambut cepak berwarna kuning. Simbol rasi bintang kalajengking di jubahnya berbentuk.
“Nah itu ketua Scorpio merasakannya!” kata kedua lawan bicaranya berbarengan.
Scorpio menyangkutkan kedua lengannya di depan dada. “Sudah berapa kali aku menjelaskan Capricorn, Gemini?” Kita tidak bisa menunggangi binatang karena mantra dari mentri Karaeng tidak bisa menyembunyikan kita. Jadi, kita harus berjalan kaki.”
“Dan perjalanan kita sedang dilacak oleh anggota OPD,” lanjut mereka kompak.
“Benar sekali,” sahut Scorpio. “Ayo kita jalan sebelum matahari terbit!”
“Oke-oke!” Capricorn dan Gemini pun kembali mengikuti langkah Scorpio. Mereka kembali menutupkan kerpus jubah mereka.
Jika saja Scorpio tidak membutuhkan mereka dalam misi ini, dia ingin sekali membunuh mereka berdua yang selalu banyak bicara. Mengeluh ini-itu setiap langkah demi langkah yang jelas-jelas sudah melelahkan. Siang hari yang panas atau malam hari yang dingin. Kadang juga badai pasir yang menyesatkan.
Luasnya gurun Wentira yang gersang tanpa beristirahat barang sebentar pun menjadi perjalanan yang memuakkan dalam misi penting kali ini. Sesampainya nanti di kota Luwuk, Scorpio ingin melakukan yang harus dia lakukan untuk meluapkan semua amarah yang terpendam.
Di perjalanan ini pula demi bersembunyi dari pandangan mata yang tajam, mereka tidak bisa menggunakan kekuatan sastra, hingga murni mereka harus menggunakan tenaga sendiri. Oleh karena itu, perjalanan panjang tanpa istirahat ini terasa membosankan.
“Kau tahu Gemini, demi Tuhan Lati yang menjaga pohon-pohon dan air terjun, rambutku terasa lepek sekali karena tidak menemukan air untuk mandi selama satu bulan dan gurun ini gersang sekali,” kata Capricorn sambil mengelus poni panjangnya yang menutup mata, bergaya emo.
Rambut Gemini yang juga berponi mesi dengan dua kuncirannya tidak terlalu peduli. “Mandi atau tidak, bukannya rambut senior itu kaku-kaku saja?”