Dirgadev Manurung yang duduk di atas singgahnya merasakan ketidakberesan dari kekuatan mantra udara pelindung istana. Beliau yang menggunakan hak penuh kekuatan mahkota elemen udara merasakan terputusnya aliran sastra dari mantra pelindung. Dirgadev Manurung berdiri seketika hingga membuat para penghuni istana curiga telah terjadi sesuatu.
Di dalam istana yang memiliki ruangan-ruangan kedap suara demi kenyamanan penghuni istana membuat mereka yang di dalam tidak mendengar adanya ledakan di atas istana. Tapi Dirgadev yang menyadari lapisan udara pelindung menghilang, beliau mengetahui telah ada penyusup yang datang.
Dirgadev mengangkat tangan kanannya yang tersemat cincin batu akik di jari jempol. Seketika cahaya batu akik bersinar menembus atap ruangan dan bayangan seekor burung menghancurkan atap itu.
Dirgadev pun melesat terbang menuju ruangan di atasnya. Di dapati Asthabuddhi tergeletak tidak sadarkan diri dan sang Bissu bersembunyi dari sinar matahari. “Apa yang terjadi mi?” tanya Dirgadev mendekati Bissu.
Bissu itu berdiri dengan ketakutan melihat cahaya matahari yang memasuki ruangan. “Arakar, mereka telah merebut mahkota elemen udara, Dirgadev.”
“Brengsek!” sang Dirgadev murka karena mahkota negeri Dirga telah hilang dicuri orang. “Lalu apa yang terjadi dengan ki?”
“Maaf paduka, seorang anggota Arakar mengambil bayanganku, tubuhku bisa terbakar jika terkena sinar matahari.”
Dirgadev Manurung yang istananya berhasil diterobos Arakar, tidak akan membiarkan orang-orang itu melarikan diri. Beliau tahu, pasti mereka masih ada di wilayah oasis Luwuk. Sang Dirgadev kembali ke tempatnya dan mengumumkan kepada para mentri untuk menjaga ketat kota Luwuk agar anggota Arakar tidak melarikan diri.
***