Mendapatkan titah Dirgadev untuk melindungi kota Luwuk dan jangan membiarkan anggota Arakar melarikan diri, mentari Karaeng segera mencari keberadaan ketiga anggota Arakar itu. “Batu mutiara sudut pandang bersinar…. mata batin.”
Dengan mantra mata batinnya, mentri Karaeng menemukan keberadaan mereka di hutan ara batu bagian barat istana Luwuk. Beliau langsung bergegas pergi ke tempat itu menggunakan kendaraan piring terbang milik anggota militer.
Dengan laju kecepatan tinggi, piring terbang yang digunakan dengan berpijak di atasnya itu membawa mentri Karaeng tiba di depan ketiga anggota Arakar. “Akhirnya aku bertemu kalian juga.”
Mereka yang langkahnya dihadang berhenti. “Ada apa?”
“Dirgadev menugaskan tentara militer untuk menangkap kalian,” jawab mentri Karaeng. “Lebih baik kalian segera meninggalkan Luwuk.”
“Apa meninggalkan Luwuk?” ucap Capricorn. “Demi tiga Tuhan, setelah satu pekan berjalan kaki melewati gurun Wentira, akan begitu saja kami meninggalkan kota oasis ini?”
“Benar sekali, dan untuk apa Anda memerintahkan kami?” tambah Gemini.
“Lalu, apa yang kalian lakukan pi?”
Scorpio yang merasa sudah tidak membutuhkan mentri itu, dia mendekatinya. “Ki terlalu banyak bertanya Tuan mentri.” Scorpio meletakan telapak tangannya di mulut mentri Karaeng tanpa sopan. “Batu selong bersinar… Carbon dioksida.”
Sebuah semburan gas muncul memenuhi tubuh mentri Karaeng melalui mulutnya. Gas yang beracun itu langsung membuat tubuhnya malfungsi. “Kurang ajar ki,” ucap mentri Karaeng untuk yang terakhir kalinya dan tubuhnya pun jatuh tidak bernyawa.
“Demi Tuhan Lausala, apa itu tidak terlalu sadis caramu, ketua Scorpio?” tanya Capricorn.
Gemini pun berpendapat. “Bukankah dia juga sudah membantu kita, pantaskah itu sebagai balasannya?”
Scorpio tertawa keras. “Hahaha…. Apa kalian juga ingin bernasib sama dengannya?” suara seram keluar dari nada bicara Scorpio sambil berbalik ke belakang melihat mereka berdua.