Piramida adalah bangunan geometri berbentuk limas segi empat dengan keempat sisi segitiga yang landai, terlihat tidak ada cekungan sedikit pun. Bangunan ini menyimpan rahasia besar istana negeri Dirga dan merupakan tempat-tempat penting untuk ruang kementrian juga kekuatan militer.
Ketiga bangunan piramida yang ada memiliki kekuatan dengan menyerap energi sastra hingga mampu menahan bangunan besar di atasnya yang berbahan logam peral berwarna mengkilap. Di bagian tengah piramida terdapat lorong tabung yang tembus ke atas, bagian sudut atas limas yang terbuat dari kaca.
Dari lubang ini mengeluarkan udara yang bisa membuat orang terbang menembus piramida menuju bangunan utama istana Luwuk yang melayang di atasnya. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana sistem ini bekerja, karena semua terjadi sejak dibangunnya istana Luwuk dengan bantuan dari kekuatan mahkota elemen udara.
Alat transportasi piringan terbang pun mendapatkan bahan bakar bernama uvo dari dalam piramida ini, terutama untuk bangunan piramida sebelah selatan yang menjadi markas utama kemiliteran negeri Dirga. Untuk piramida bagian tengah menjadi ruang kepemerintahan para mentri, sedangkan di bagian utara yang menjadi paling rahasia karena tidak sembarang orang pergi ke piramida itu.
Rombongan Sandanu yang berada di bangunan utama istana Luwuk, mereka diajak oleh Dirgadev Manurung menuju piramida bagian utara. Melalui jalan lubang udara, mereka meninggalkan bangunan yang berbetuk lengkungan atas dan bawah yang menyatu dalam lingkaran dinding kaca.
“Transportasi ini mengagumkan, mirip pipa tabung air di istana Dhamna,” ujar Sandanu ketika berada di dalam transportasi yang membawanya ke dalam piramida.
“Transportasi ini adalah lubang udara,” kata Dirgadev Manurung, “tabung ini dibuat dengan kekuatan mahkota elemen udara, yang berhasil disimpan di dalam bangunan piramida sehingga kekuatan sastra ajaib itu tidak pernah hilang ataupun berkurang.”
Isogi bisa merasakan kekuatan besar ketika mereka mulai memasuki bangunan piramida yang ditembus melalui puncak piramida. “Aliran sastra elemen udara di dalam piramida ini sangat stabil.”
“Bentuk bangunan piramida inilah yang membuat aliran sastra di dalamnya tidak pernah terpecahkan, karena itu bangunan utama istana Luwuk bisa melayang dengan tenang di atasnya.” Dirgadev Manurung memimpin mereka setelah mencapai bagian dasar lantai piramida.
Mereka keluar dari area lubang udara ke sebelah kanan. “Sebenarnya, kemana kami akan Dirgadev bawa?” tanya Galigo.
Mutia yang berjalan di samping Galigo memperhatikan dinding ruangan yang penuh dengan tulisan bersama Boe yang mencoba menyentuh ukiran dinding itu. “Dan ukiran apa yang memenuhi dinding ini?” tanya Mutia.
Dirgadev tersenyum mencoba menjelaskan. “Itu bukan ukiran biasa, tetapi sebuah serat sastra yang tertulis menggunakan huruf lontara.”
Meskipun bangunan piramida ini dibangun menggunakan tanah lumpur yang dibakar, dengan adanya kekuatan sastra serat dari huruf lontara oleh seorang jewel pada masa awal pemerintahan Dirgadev kedua yang memindahkan istana negeri ke kota oasis ini, lirik serat itu ditulis pada dinding piramida dan berguna untuk menstabilkan aliran sastra yang ada dan menghisap aliran sastra dari alam pula.
“Jadi, piramida ini bukan sembarangan bangunan tapi bangunan yang dikendalikan dan mengendalikan kekuatan sastra alam.” Dirgadev Manurung mengakhiri penjelasannya.
“Apa itu berarti sama seperti istana Dhamna yang bisa ditenggelamkan ke dalam lautan?” ucap Sandanu. “Istana Dhamna juga bukan sembarang istana.”
Dirgadev Manurung mengetahui bahwa setiap negeri membangun istananya menggunakan kekuatan dari mahkota elemen dunia yang dulu berhasil mereka dapatkan dalam perebutan perang besar yang mereka sebut sebagai perang dunia kedua hingga terciptalah tatanan dunia dalam lima negeri adidaya.
Di dalam piramida ini, mereka berjalan menyusuri lorong yang berkelok-kelok, ada tangga naik dan juga tangga turun. Ini merupakan bangunan dengan tata ruang yang sangat rumit. Tentu hal ini dibangun untuk menghindari penyusup masuk.
Hingga akhirnya diujung lorong ada sebuah pintu. Dirgadev membuka pintu itu dan sebuah ruangan besar penuh cahaya lilin terlihat indah. Sekalipun ruangan ini tertutup, udara di dalamnya begitu segar.