GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #95

S2. Salju di Tengah Gurun

“Apa yang terjadi dengan diriku?” Isogi menatap cermin kehidupan di dunia maya yang mengurungnya.

Dalam kuasa mantra dari Gemini, Isogi mendapatkan goncangan jiwa melihat lembar-lembar kehidupan mengenai dirinya sendiri yang tergambar di cermin-cermin yang memperlihatkan memori dalam ingatan Isogi.

Isogi tidak sanggup lagi melihat semua masa lalunya yang dia tinggalkan dan ingin dilupakan. Sejak menjadi anggota elit organisasi perdamaian dunia, Isogi tidak lagi mengingat masa lalu itu karena hidupnya adalah sebuah misi. Tapi kali ini, dunia maya telah mengungkap semuanya.

“Hentikan! Hentikan!” Isogi berteriak histeris sambil merenggut rambut hitamnya yang berkilau.

Isogi menangis terisak dan tubuhnya gemetar, “hentikan!” suaranya parau seakan tidak lagi ingin melihat semua masa lalu yang membuatnya tidak ingin menjadi diri sendiri. Dia menyesal dilahirkan ke dunia yang penuh misteri ini.

Jika waktu bisa berbicara, Isogi ingin menyampaikan pesan agar waktu berhenti berputar dan dunia membeku untuk selamanya. Tidak ada kehidupan dan hanya kekosongan. Dirinya pun mulai mempertanyakan semua mengenai asal-usul yang tidak dimengerti mengapa harus ada kehidupan ini.

Jiwanya yang kedinginan, tiba-tiba mendapatkan sentuhan. Butiran-butiran salju turun memberikan kehangatan dalam dingin. Sebuah belaian seakan bahwa salju yang turun memberikan semangat dan harapan.

Isogi melihat langit, dia pun berdiri. “Salju.” Tangannya menengadah. Sebutir salju jatuh di telapak tangannya dan mencair.

Dalam kesendirian yang telah mengurungnya, Isogi mengingat seseorang. “Mutia.”

Cermin-cermin udara yang mengurung di sekeliling Isogi tiba-tiba saja membeku dan pecah. Mantra dunia maya pun lenyap oleh hujan salju yang turun melemahkan aliran sastranya. Isogi tersadarkan diri bahwa semua itu tadi adalah ilusi dalam ingatan. Ada yang benar dan ada yang salah, karena Gemini telah membajak memorinya.

Isogi kembali ke tempat semula di hutan batu. Dia melihat Galigo tersimpuh di atas salju yang menutupi permukaan pasir. Dia ingat bahwa sebelumnya, anak laki-laki berambut coklat itu pun terkurung dalam syair fatamorgana.

Lihat selengkapnya