“Dari delapan penjuru mata angin, berpusat dalam rotasi kehidupan, mengembangkan udara dalam cakram. Batu manila anggur bersinar…. TORNADO” Dengan kekuatan syair yang dahsyat, Capricorn menciptakan arena luas yang lapang bersih dari puing-puing reruntuhan kota Luwuk. Dia bisa melihat lawannya tanpa terhalangi di arena ciptaannya sendiri yang melingkar.
“Demi tiga Tuhan, apa kamu masih belum ingin mengalah?” Capricorn melihat Sandanu yang masih tegak berdiri sementara kedua temannya sudah ngos-ngosan.
Anggota Arakar berambut coklat ini berhasil membuat lawannya kewalahan menghadapi serangan tornado. Angin yang berputar seperti gangsing raksasa itu bisa menghirup jenis kekuatan angin yang sama, sehingga dalam pertempuran ini Eran tidak bisa menandinginya. Boe pun tidak cukup tangguh melawan Capricorn meskipun memanggil cobra dengan syairnya. Binatang melata milik Boe itu pun tergulung oleh tornado.
Yang masih berdiri tangguh hanyalah Sandanu. “Aku masih bisa bertahan, separah apa pun seranganmu.”
“Aku masih heran dengan kemampuanmu itu,” ucap Capricorn.
Sandanu meminta Eran dan Boe untuk menghindar. Tubuh Sandanu masih bisa bertahan sebab khasiat ramuan kesehatan dari Datuak Marunggul masih terasa meskipun pemiliknya telah tiada. Sandanu bersyukur dalam perjalanannya bisa bertemu dengan tabib suci di tanah Minangkabau.
Dengan menyerap aliran sastra alam yang terdengar di antara segala lapisan kehidupan, Sandanu mencoba memusatkan pikiran seperti yang pernah dia pelajari dari Isogi dalam perjalanan berlayar di kapal lancaran. Dalam tubuhnya mulai terasa ada jenis kekuatan baru dan dia percaya dirinya mampu menguasai tingkatan baru untuk kekuatan sastranya.
Cahaya terang benerang terpancar di tubuh Sandanu, tapi entah mengapa tak ada satu lirik syair yang terpikir oleh dirinya, dan lagi-lagi dia hanya bisa mengucapkan mantra. “Batu mustika Siliwangi bersinar…. Auman Harimau.”
“Ka Danu meningkatkan kekuatan mantranya dengan menyerap aliran sastra alam.” Boe melihat ada roh harimau putih raksasa yang muncul di depan Capricorn.
Eran pun kagum dengan kemampuan Sandanu yang semakin terluka, semakin bertambah kekuatannya seakan bertambah banyak. “Roh harimau putih…”
“Tidak mungkin,” ucap Capricorn tercengang karena roh harimau itu begitu besar dan membawa kekuatan penguasa alam rimba.
AUMMMM…
Suara amuan harimau itu menggema di dalam gendang telinga Capricorn. Kekuatan yang hanya terdengar bagi target yang diserangnya. “HWAA…..” Capricorn berteriak kesakitan hingga kedua telinganya mengeluarkan darah.
Auman harimau terus menggema di dalam telinga Capricorn hingga dia jatuh di atas hamparan pasir. Tubuhnya bergetar merasakan sakitnya auman suara harimau yang menakutkan. Suara itu seakan mengacaukan aliran sastra di dalam tubuhnya dan Capricorn tidak berdaya untuk melawan.
Roh harimau putih menghilang dan Capricorn berdiri dengan lututnya sambil menundukkan wajah. “Dia berhasil mengalahkanku.” Capricorn kehilangan pendengarannya.
“Yhos… aku berhasil mengalahkannya,” teriak Sandanu namun dia merasa kecewa ketika sadar kemampuannya menyerap sastra alam tapi masih belum menguasai syair.