Matahari menuju tempat tenggelam. Kota Luwuk terlihat mulai tenang, penduduknya keluar dari tempat persembunyian. Mereka berbondong-bondong menuju sisi mata air dan berharap Dirgadev bisa memberikan perlindungan bagi kehidupan mereka. Tidak ada yang berbicara, semua membisu melihat keadaan yang porak poranda.
Air mata berlinang jatuh di padang pasir yang kering, pohon-pohon tumbang berserakan. Seakan tidak ada lagi harapan untuk kembali membangun peradaban di Luwuk yang sebelumnya memberikan kenyamanan hidup, bagikan surga dunia.
Semua yang hidup berkumpul untuk mendengarkan keputusan bersama. Di tengah mata air Luwuk, Asthabuddhi menemukan Dirgadev Manurung yang tidak tersadarkan diri. Dibawanya tubuh tua itu ke hadapan rakyatnya. Rintihan tangis pun mulai pecah, untuk saling bersandar dari rasa putus asa dan duka.
“Deva agung yang turun dari langit…” jerit rakyat negeri Dirga melihat keadaan Dirgadev.
Budayawan Minahasa yang diberi wewenang oleh anggota Asthabuddhi mengumumkan keputusannya. “Kota Luwuk tidak lagi bisa kita tinggali, sesegera mungkin kita harus meninggalkan daerah oasis ini.”
“Persiapkan semua keperluan yang dibutuhkan dalam perjalanan melewati gurun Wentira,” ucap Budayawan Minahasa, bernama Ratulangi. “Kita akan menuju tanah Campalagian yang jaraknya lebih dekat dengan kota.”
Semua orang pun mengikuti keputusan yang telah diambil oleh Budayawan Minahasa, tanpa ada yang menyangga ataupun menolak keputusannya. Budayawan Minahasa ini terkenal bijaksana dan terbukti dia bisa mengkompakkan anggota Asthabuddhi dalam pimpinannya.
Sebelum mereka semua mempersiapkan keperluan untuk perjalanan meninggalkan kota Luwuk, masih ada musuh yang mengintai di udara. “Mmm… mereka berdua benar-benar ji,” ucap jiwa Scorpio yang berbentuk gas tidak terlihat di mata manusia. “Gemini, ki begitu percaya kembali ke dalam rahim pohon tarra dan Capricorn, hanya dengan mimpi indah, ki tidak terbangunkan untuk selamanya di tanah asalmu.”
Scorpio telah menyaksikan kepergian dua rekannya itu. Dalam hatinya, dia pun ingin pulang ke tempat yang seharusnya dituju. Tapi, jiwanya masih tersesat dan tidak ada yang bisa memberikan rumah untuknya beristirahat. Ratusan hingga ribuan tahun dia hidup menyaksikan sejarah manusia yang terus berperang dan berperang. Scorpio benci dunia ini.
Seandainya dia tidak bisa pergi menuju dunianya kembali, maka Scorpio harus mengakhiri kehidupan di dunia ini agar semuanya pulang menuju dunia yang tidak ada pertempuran dan kematian yang berulang-ulang dalam dirinya.