GALUH

Herlan Herdiana
Chapter #3

TULAH

Kubah tulah yang dibuat kedua Prajurit, masih bisa berdiri dengan tegak. Meskipun saat ini, sedang berlangsung serangan fisik dari Galuh secara beruntun dan masif. Rentetan serangan yang tidak bisa dilihat mata telanjang itu, hanya meninggalkan lintasan bayangan di tanah atau di pepohonan tempat Galuh melintas. Jejak kaki tanpa langkah terlihat muncul secara tiba-tiba di berbagai tempat dengan rentang waktu bersamaan, atau terlihat seolah-olah hal itu dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda.

Sementara di dalam kubah itu sendiri, kedua prajurit terlihat sangat kewalahan. Bahkan salah satu dari mereka yang bertubuh tinggi kurus, mulai mengeluarkan darah pekat dari lubang hidungnya. Komandan juga tidak henti membaca mantra, yang hanya bisa dilihat secara gerakan mulut saja tanpa berucap atau diperdengarkan.

“Jika para Pendekar itu tidak terlihat selama 30 tahun, kenapa ilmunya bisa ada pada anak muda itu?” Lelaki bertubuh gempal menanyakan rasa penasarannya pada Komandan, yang sudah selesai membaca mantra.

Komandan melanjutkan ritual dengan melakukan beberapa gerakan tangan, “Kalian tahu, alasan kenapa Kita disuruh berjaga di pinggir hutan yang sepi ini?”

Lelaki gempal mencoba menerka, “Apa disini adalah tempat, salah satu energi dari 12 pendekar itu terakhir terlacak?”

Lelaki tinggi kurus mengalihkan konsentrasinya pada pembicaraan, Ia memasang wajah terkejut. “Apa? Jadi begitu, pantas saja Aku selalu merasa aneh. Sekarang Aku mulai mengerti, alasan kenapa Kita semua ditempatkan di tempat terpencil ini. Disini bukan daerah perbatasan, bukan juga tempat yang strategis, bahkan disini Kita tidak pernah bertemu musuh satupun. Kalau memang benar itu adalah alasannya, berarti Kita akan jadi orang yang berjasa bagi kerajaan.” jika dilihat dari raut mukanya yang berubah pucat, Si tinggi kurus terlihat sudah hampir mengeluarkan semua tenaganya. Darah dari hidungnya juga mulai menetes ke tanah, “Ukhuuukk!” Ia terbatuk, darah segar keluar dari mulutnya. “Aku sudah mencapai batasku, Komandan!” Redup matanya mulai menunjukan ekspresi kelelahan.

“Aku sudah hampir selesai.” Kendi yang berada di depan Komandan, mulai menunjukan gejala keretakan pada beberapa bagiannya.

Lelaki gempal mencoba melanjutkan topik pembicaraan mereka sebelumnya. “Jadi itu benar, Komandan?”

“Aku juga tidak diberitahu secara pastinya. Karena Kalian tahu sendiri, Aku cuma perwira rendahan. Mereka hanya memberitahuku supaya melakukan ritual pemanggilan, jika terjadi sesuatu yang janggal.”

“Pertanyaanku, Mereka itu sebenarnya kawan atau malah musuh?” Lelaki gempal,  

“Brukk!” Lelaki bertubuh tinggi kurus, jatuh terkapar ke tanah. Komandan dan Lelaki gempal hanya melihat kejadian itu. Sementara kubah perisai tulah yang diciptakannya, masih terlihat berdiri. Meski nampaknya itu tidak akan lama lagi.

“Prakk!” Kendi yang dijampi oleh Komandan, hancur menjadi berkeping-keping. Gumpalan awan yang berasal dari dalam kendi, mulai membentuk sebuah sosok manusia. Sementara Galuh sedang berada di atas udara, yang sekarang keberadaanya lebih tinggi dari pohon besar yang ada disana. Ia sedang memposisikan tubuhnya untuk melakukan serangan pamungkas yang ditujukan pada kubah Tulah, dengan tinjunya.

“Kalau soal itu Aku tidak tahu.” Komandan tiba-tiba menunjukan wajah puas, “Tapi, salah satunya sudah ada di pihak Kita.”

“Senapati Muda?” Terka si Lelaki berbadan gempal,

“Jdaaar!” Tinju pamungkas Galuh berhasil menjangkau mereka, dan membuat perisai Tulah yang sebelumnya sudah melemah, menjadi hancur berkeping-keping.

“Uwahh!” Kedua lelaki yang berdiri di dalamnya, terpental dan tersentak oleh kuatnya pukulan itu. Mereka kini sama-sama terbaring. Lelaki berbadan gempal sudah kehilangan kesadaran, sementara Komandan masih membuka mata, meski dirinya terlihat sudah tidak bisa menggerakan tubuhnya.

Lihat selengkapnya