GALUH

Herlan Herdiana
Chapter #6

PUSARA TANPA NAMA

Galuh tengah membaringkan Nini diatas kursi rotan, di sebuah ruangan di dalam rumah sederhana yang berada diketinggian tebing yang tinggi. Dengan jarak tempuh dari rumah mereka sebelumnya, yang belum diketahui. Sementara dari luar cahaya fajar mulai menelisik diantara sela jendela, yang langsung mengenai wajah mereka tanpa ada pembatas sama sekali.

Galuh berusaha mengeluarkan unek yang ada didalam dirinya, “Nini, mengapa Anda tidak pernah mengajarkan ilmu teleportasi itu kepadaku? Dari semua ilmu yang diajarkan, inilah yang paling hebat dan keren yang pernah Aku ketahui.” Dalam hal ini, Galuh akan menggunakan ilmu ini untuk hal mesum. “Tunggu! Kalau Anda punya ilmu ini, kenapa Kita tidak lari saja dari awal menggunakan portal?”

Nini masih terbaring lemah, tapi tetap berusaha mengeluarkan kata. “Aku sudah 10 tahun tidak bisa menggunakan ilmu itu.”

Galuh terkejut dengan pernyataan Nini, “Lalu siapa yang mengeluarkan ilmu tadi?”

“Tentusaja Kau, Bodoh! Apa Aku harus selalu mengatakan apapun dengan rinci, supaya Kau mengerti?” Bentaknya, ditengah Ia dalam keadaan rapuh dan lemah.

“Tapi bagaimana caraku melakukanya? Aku tidak ingat pernah belajar ilmu itu sebelumnya.” Galuh masih kebingungan dengan apa yang barusaja terjadi.

Nini menghela nafas, tanda Ia mulai lelah menghadapi kepolosan Galuh. “inilah kenapa Aku selalu ingin cepat ke alam baka, hanya untuk bisa terbebas dari mengurus dirimu yang otaknya hanya sebesar biji nangka.”

Galuh sedikit kesal, “Aku kagum dengan semangat Anda yang masih bisa menghinaku, ditengah kondisi Anda yang hampir mati ini.”

Nini menunjukan wajah serius, “Kamu pasti mengerti, kalau itu adalah kemampuan dari pusaka yang sedang Kamu pegang.”

Galuh memasang wajah serius yang sama, “Anda bilang sebelumnya, kalau Anda sudah tidak bisa menggunakan ilmu itu selama 10 tahun. Aku juga sebenarnya mencoba beberapa kali ketika Anda sedang tertidur. Tapi selalu gagal. Apa ilmu itu hanya bisa dipakai ketika keadaan terdesak saja?”

“Pusaka itu mendengar niat dari pemiliknya. Jika Kamu menggunakanya untuk kebajikan, maka keinginanmu akan dituruti. Dan sebaliknya, jika Kamu menggunakanya untuk kejahatan, maka itu tak akan berguna. Dan fungsinya tidak akan lebih dari benda biasa.” Peringatan Nini membuat Galuh terdiam. “Jadi Kamu enggak akan bisa menggunakanya, untuk hobi cabulmu mengintip gadis mandi.”

Galuh kesal, “Lalu apa yang Anda lakukan di sepuluh tahun ini? Sehingga tidak bisa lagi menggunakan ilmu portal itu! Aku mulai berfikir kalau kebiasaan mesumku itu menurun darimu!”

Tuduhan Galuh membuat Nini kesal, “Kemarilah! Biarkan Aku menampar pipimu untuk terakhir kalinya sebelum Aku mati!” Nini yang tidak bisa bergerak, hanya bisa mengancam lewat kata-kata.

Galuh malah mengejek Nini, “Coba saja datang kesini, kalau Bisa! Weeeeee!” Dia mengenye dengan muka yang menyebalkan.

“Kesini Kamu! Akan kuberi pelajaran yang tidak akan pernah terlupakan!” Nini berusaha berdiri dengan menggerak-gerakan tubuhnya.

Ejekan Galuh semakin menjadi, “Berdiri saja tidak bisa! Weee!”

“Kemari Kamu!” Nini masih berusaha menggerakan tubuhnya.

Beberapa saat kemudian suasana sudah berubah menjadi kondusif. Entah siapa yang mulai untuk meminta maaf atau entah siapa yang mulai sadar dan mengakhiri pertengkaran mereka, yang sebetulnya salah waktu dan tempat itu.

Sekarang Galuh sudah duduk di depan Nini yang terbaring. Mereka berdua terlihat sangat serius, berbeda dengan beberapa saat yang lalu.

“Berapa jauh Kota yang terdekat dari sini?” Galuh menyambung pembicaraan yang sebelumnya sudah terjadi, tapi tidak ditulis disini dengan alasan menghemat waktu.

Lihat selengkapnya