GALUH

Herlan Herdiana
Chapter #11

CARA LELAKI MENYELESAIKAN MASALAH

Galuh terpaksa melompat mundur beberapa kali, untuk menghindari serangan dari selendang Putri yang terus mengarah padanya. Karena jika Galuh tertangkap dan diikat oleh selendang itu, Ia tidak akan bisa melepaskan diri menggunakan ilmu memindahkan tubuhnya. Dengan menggunakan kecekatanya, semua serangan dari dua ujung selendang Putri bisa dengan mudah dihindari oleh Galuh. Yang masih bisa berlari dengan sangat cepat.

Reksa menangkap niat Galuh yang akan berlari ke arah pintu, “Tutup pintunya!”, perintah ini ditujukan untuk anak buahnya yang sudah berkumpul diluar bangunan.

Pintu lalu ditutup rapat dari luar.

Tapi Galuh tidak kehabisan akal. Di bangunan yang punya tinggi 5 meter dan berdinding tumpukan batu itu, Galuh berlari menyamping menggunakan kecepatanya untuk bermaksud mencapai jendela yang ada di langit-langit. Yang berfungsi sebagai sumber cahaya alami untuk menyinari ruangan itu.

Ia lalu berpegangan pada kusen jendela yang sedang terbuka. “Sayang sekali! Kalian berdua masih kurang cepat untuk bisa menangkapku!” Dengan suara tinggi dan nada mengejek.

“Kau sudah terjebak di sini!” Reksa masih percaya diri dengan keyakinanya.

Galuh hanya tertawa kecil, “Haha, lucu sekali! Apapun yang Kau katakan Aku tetap bisa pergi dengan mudah. Selamat tinggal!” Galuh lalu memanjat di dinding untuk bermaksud melompat keluar dari jendela.

Sebelum niat Galuh terlaksana, Kloningan dari Reksa yang berdiri diluar jendela bersiap menghantam lengan Galuh yang sedang memegang kusen. Galuh menyadari keberadaanya, Ia lalu menengok ke arah jendela dan menyadari adanya bahaya, Galuh lalu melepaskan pegangan tanganya pada kusen itu dan jatuh dengan bebas menuju lantai. Tapi karena Ia punya ilmu meringankan tubuh, Galuh dapat melakukan pendaratan sempurna tanpa terluka sedikitpun.

“Jadi persiapan kalian sudah sangat matang?” Sambil melihat satu-persatu Kloningan Reksa melompat keluar dari jendela untuk masuk ke dalam ruangan. Didalam ruangan yang mempunyai luas sekitar 20x20 meter itu, Kloningan Reksa hampir penuh mengisi semua bagian dari ruangan itu.

“Sudah Kubilang, Kau tidak akan bisa lari lagi!” Reksa melanjutkan ancamanya.

Galuh lalu mengeluarkan lagi goloknya yang tadi sempat Ia sarungkan ketika berlari, kali ini Ia bermaksud untuk melawan dengan serius. “Kalau begitu, Aku tidak akan lari lagi!” Galuh memasang kuda-kuda untuk siap bertarung.  “Tadi Aku menghindari pertarungan dengan kalian bukan karena takut, Aku hanya harus pergi karena sedang sibuk dengan pekerjaanku. Tapi karena sekarang kalian memaksa, jangan salahkan Aku kalau nanti ada yang terluka disini.” Galuh lalu menunjukan goloknya yang tajam pada mereka berdua.

“Menyerahlah, Galuh! Kamu hanya perlu mempertanggung-jawabkan perbuatanmu saja. Kalau Kamu memang tidak salah, Kamu bisa menunjukan buktinya dipersidangan nanti.” Putri masih berusaha bernegosiasi.

Galuh menolaknya mentah-mentah, “Jangan seperti itu, Putri! Itu kesanya Anda sedang meremehkanku dan bisa menangkapku kapan saja Anda mau. Lagian, sekarang Aku tidak punya waktu untuk persidangan atau hal semacamnya.”

“Percuma untuk membujuknya, Putri! Dia tidak akan pernah mengakuinya. Karena jika orang sudah punya tabiat kriminal, Ia akan tetap menjadi kriminal selamanya!”

Galuh merasa heran, “Kriminal, apa itu?” Galuh pertama kali mendengar kata kriminal dalam hidupnya, “Apa Kau sedang mengejeku dengan kosakata yang tidak Aku ketahui?” Galuh bertanya dengan jujur.

“Kalau Kamu merasa tidak salah, kenapa Kamu lari?” Putri masih berusaha membujuk Galuh, dengan maksud mencegah pertumpahan darah.

Galuh lelah untuk meyakinkan Putri, “Sudah kubilang kalau Aku sedang sibuk sekarang! Nanti deh, kalau semua urusanku selesai, Aku sendiri yang akan membawa dan menyeret Prajurit yang sudah menuduhku kehadapan Kalian!”. Galuh melakukan penawaran terakhir.

“Aku tetap percaya pada bawahanku!” Reksa tetap yakin.

Galuh mulai kesal, “Terserah! Aku juga tidak keberatan meladeni pertarungan kalian! Ayo, langsung mulai saja perkelahianya!”

Putri yang daritadi berusaha sabar, sekarang tidak bisa berbuat banyak lagi. Ia lalu menyiapkan kembali selendangnya dalam bentuk menyerang, dan kali ini Ia tidak akan sungkan lagi terhadap Galuh. Reksa juga menyiapkan semua Kloningannya yang berjumlah sekitar 50 orang untuk memasang kuda-kuda. Kali ini, nampaknya tidak akan ada lagi kata negosiasi.

Lihat selengkapnya