Reksa, sedang terduduk dihadapan para pejabat tinggi dari negara Lirbaya, yang sedang duduk manis di singgasana mereka masing-masing. Dari mulai Perdana Menteri, Putri Lembayung, dan juga menteri-menteri lainya. Sedangkan dirinya, hanya menunduk tunduk dialas karpet merah yang panjangnya memanjang sampai ke depan pintu keluar.
Ia lalu menunjukan tanda hormat menggunakan tanganya, yang diangkat lebih tinggi dari wajahnya yang sedang menunduk. Sedangkan tongkat yang selama ini Ia bawa, direbahkan disamping tubuhnya dengan posisi memanjang. Di dalam ruangan yang luas itu, Ia sebenarnya tidak mengetahui maksud dan alasan kenapa Ia bisa dipanggil untuk menghadap Perdana Menteri. Karena dari tugas sebelumnya, yang berkontribusi penuh menyelesaikan pekerjaan menangkap Galuh adalah Putri lembayung dengan menggunakan selendangnya.
“Kamu sudah melaksanakan tugasmu dengan baik!” Puji Perdana Menteri, ketika Reksa sudah menurunkan kedua tanganya.
Reksa tentu saja terkejut dengan pernyataan itu, “Hamba hanya menjadi umpan saja, sedangkan yang menyelesaikan pekerjaan itu adalah Putri sendiri...” Reksa berusaha menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi.
Perdana Menteri segera memotong, “Kamu jangan terlalu merendah! Aku sudah dengar cerita lengkapnya dari Putri! Disana Kamu sudah memenangkan pertarungan satu lawan satu melawanya, dan itu adalah prestasi yang sangat luar biasa!”
Reksa mengangkat wajahnya, Ia mencari wajah Putri yang sedang duduk disebuah kursi tepat disamping Perdana Menteri. Dan ketika tatapan mereka bertemu, Putri hanya menunjukan sedikit senyuman padanya. Seakan mengakui kalau Ia sudah mengarang cerita, dengan maksud tidak mempermalukan nama Reksa di depan Perdana Menteri.
Kali ini Ia hanya bisa mengikuti alur yang telah dibuat Putri, “Hamba sangat tersanjung dengan pujian dari paduka. Dan sudah menjadi tugas hamba untuk setia menuruti perintah yang diberikan.” Dengan sangat terpaksa Reksa harus berbohong juga, karena Ia tidak mau berdebat dengan Perdana Menteri dan menyebabkan kebohongan Putri terbongkar.
“Itu bagus! Sekarang tugas Kamu adalah membujuk pendekar dari Tarum itu, untuk mau bertempur di garis depan bersamamu! Karena selama ini, Lirbaya dan Tarum sudah bekerja sama dengan baik untuk menghalau koalisi lima negara, Aku yakin Dia tidak akan keberatan dengan permintaan itu.”
Reksa merasa heran, “Bagaimana dengan proses peradilan yang harus Dia jalani, yang mulia?” Reksa menyinggung alasan Dia menangkap Galuh sebelumnya, yaitu untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan Galuh yang sudah dituduh membunuh seorang wanita.
“Itu sudah tidak penting lagi.” dengan nada ringan, Perdana Menteri meremehkan masalah itu. Putri yang duduk disampingnya, terkejut juga dengan pernyataan itu. “Sudah hal wajar bagi seorang Pendekar untuk mempunyai simpanan wanita. Lagian pembunuhan itu hanya berupa laporan saja, dan masih tidak ada bukti yang cukup untuk menguatkanya. Sekarang yang lebih penting dari semuanya, adalah menjaga perbatasan Kita dari serangan koalisi 5 negara. Dan Kita sedang membutuhkan banyak kekuatan, termasuk dari pendekar Tarum itu.”
Putri dan Reksa merasa telah ditipu, karena sudah percaya dengan rumor dan perintah yang diberikan kepada mereka.
“Tapi kalau untuk meminta bantuan saja, kenapa Kita harus menangkap dan memasukanya kedalam kerangkeng?” Reksa menyuarakan pertanyaanya, dengan menekandan membuang jauh rasa kecewa yang ada didalam dirinya dalam-dalam.
“Itu karena Dia sudah diurus oleh pendekar Tarum yang sebelumnya, sedari kecil. Aku hanya berpendapat kalau Dia telah diberi doktrin yang salah tentang negara Lirbaya dan keadaan dunia ini.” Reksa mengerti dengan kecurigaan Perdana Menteri ini, karena pada pertemuan sebelumnya di hutan inten Nini Astia menunjukan kalau Ia tidak suka pada Perdana Menteri Sanuria.
“Hamba tidak yakin bisa melakukanya, karena Dia adalah pendekar yang mempunyai prinsip yang kuat.”
“kamu tidak perlu khawatir. Kalau Kamu gagal, Kita akan menggunakan cara terakhir kepadanya!” Pernyataan Perdana Menteri kali ini, semakin membuat Reksa dan Putri terkejut. Mungkin saja cara terakhir yang diceritakan Perdana Menteri adalah suatu rencana yang sangat mengerikan, yang mereka sudah ketahui sebelumnya.
“Hamba mengerti, Paduka!” Reksa lalu menunjukan penghormatan dengan mengangkat tanganya, karena Ia sudah tidak punya lagi alasan untuk mendebat Perdana Menteri. Meski didalam hatinya masih menyimpan kekecewaan yang dalam, karena merasa sudah dipermainkan oleh perintah dari Perdana Menteri sebelumnya.
Setelah pertemuan itu,
Di tengah malam, ketika tempat hiburan masih terbuka dan mulai menjajakan pelayananya. Komandan prajurit yang dulu bertarung dengan Galuh, sedang berada di tempat remang dengan ditemani seorang wanita penghibur. Reksa yang sedang menyamar memperhatikan itu dari jauh, sambil menunggu waktu dan tempat yang tepat untuk bisa menanyainya.
Setelah meminum beberapa minuman keras dari botol kendi dan membayarnya, Komandan dan wanita penghibur itu bangkit dari mejanya dan pergi dari tempat itu. Lalu setelah sampai di sebuah tempat yang sepi, Komandan memulai melakukan aksi tidak terpujinya pada wanita penghibur itu.
“Sabar, sebentar lagi Kita akan sampai!” Kata wanita penghibur itu, sambil melepaskan tangan komandan dari tubuhnya.
“Ayolah! Disini tidak ada siapapun yang akan melihat Kita!” Tangan Komandan kembali meraba tubuh dari si Wanita, kali ini Ia juga mendekapnya dari belakang. Wanita penghibur itu hanya terdiam dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
“Selamat atas kenaikan pangkatnya, Prajurit!” Reksa menyapa dengan volume sedang dibelakang mereka.