Cormorant Bank Company, sebuah perusahaan swasta yang mengelola keuangan dengan bunga tinggi. Pemiliknya adalah seorang pria bengis yang terlihat berkharisma tapi berhati busuk, Roberto Alfa Meshach, suami seorang wanita berotak licik, Ria Chakra Meshach. Saat ini Ria adalah ketua manajer L’avant Group, sebuah perusahaan swasta yang sebelumnya adalah milik adiknya, Beni Ganendra. Setelah adiknya itu mati, dia mengambil alih perusahaan dan membiarkan istri serta anak-anaknya sengsara. Bahkan dia menempatkan mereka jauh dari kota, sehingga mereka tidak bisa ditangkap oleh publik yang masih penasaran akan kematian Beni Ganendra yang masih menyisakan pertanyaan.
“Marwan, apa agendaku hari ini?” tanya Robert yang tengah menikmati teh di ruangan kerjanya.
Marwan mengambil iPhone miliknya untuk membuka daftar agenda tuannya hari ini. “Pagi ini jam 10, ada meeting dengan para karyawan terkait perencanaan pendirian yayasan kesehatan di Daerah Cibinong, kemudian siang nanti anda akan mengikuti acara minum teh bersama pemilik perusahaan besar di Jawa. Kemudian malam nanti anda akan mengikuti makan malam di Edelweiss Restaurant Bersama Tuan Bernard, pemilik Perusahaan Galileo.”
“Hhhhh, hari ini pasti akan sangat melelahkan. Baiklah, jam berapa sekarang?”
“Sekarang jam delapan, Tuan,”
“Iya, aku akan bersiap-siap. Bekerjalah yang benar hari ini.”
“Baik, Tuan. Saya tidak akan mengecewakan tuan,"
Langkahnya yang penuh kesombongan itu menandakan dia memanglah penguasa. Dia adalah salah satu orang yang berpengaruh di Indonesia. Tahun lalu, dia membawa nama Cormorant Bank Company ke kancah dunia dengan kecerdasannya mengolah keuangan Negara. Tentu saja ini bukan main-main. Di dalam perusahaannya, jumlah karyawan sebanyak lima ribu empat ratus orang. Tak hanya di perusahaan berlantai 30 itu, dia juga memiliki sejumlah pelayan 20 orang, 7 bodyguard, 5 karyawan di rumah besarnya dan seorang penasehat sekaligus sekretaris yang tentunya akan mengikutinya ke mana saja.
“Ayah, malam ini Gara akan pergi berpesta, dan mungkin Gara akan pulang terlambat,” tutur Gara, putra sulungnya yang akan mewarisi Cormorant Bank Company. Cowok berumur dua puluh satu tahun, tinggi, dan sangat berkharisma. Dia sangat pintar dalam berhitung dan menyusun strategi bisnis. Walaupun saat ini dia masih duduk di bangku perkuliahan semester lima, dia sudah dipercaya oleh ayahnya untuk mengolah salah satu cabang bisnisnya, yaitu Star Management, yang bergerak pada bidang entertainment. Sampai saat ini Gara berhasil mengembangkan Majalah Remaja Van Youth yang sudah merambah seluruh nusantara.
“Berpesta? Bersama teman-teman artismu?” tanya Robert. Tidak asing lagi, Gara memang suka membuat sebuah pesta bersama rekan kerja dan model-model majalahnya.
“Iya, tentu saja. Tapi karena pesta ini adalah perayaan untuk kemenanganku di Magazine Star Competition, mungkin akan sedikit berbeda dari sebelumnya,”
“Lakukan semaumu, Gara. Ayah percaya padamu,”
Vina, yang tengah duduk berseberangan dengan kakaknya, Gara, hanya memasang wajah datar mendengar celotehan ayahnya yang selalu membebaskan Gara. Sedangkan dirinya, untuk pergi makan malam dengan teman kampusnya saja butuh waktu lama untuk mendapat izin.
“Terimakasih, Ayah,”
“Hmmm … berapa usiamu, Gara?”
“Hah? Oh … mmm, dua puluh satu, Yah,"
“Hmmm,” Robert mengangguk, terlihat berpikir, “Temui ayah besok di kantor. Ada hal kecil yang akan ayah sampaikan,”
“Baik, ayah.”
Begitulah mereka. Kedekatan Gara dan ayahnya sudah mendapat pujian bagi siapa saja yang melihat mereka. Pancaran aura keduanya yang acap kali terlihat bersama menjadi buah bibir positif di mana-mana. Berbeda dengan Vina, gadis nyentrik berumur sembilan belas tahun itu terlihat lebih dekat dengan ibunya. Selain memang kekuatan batin sebagai perempuan, kecerdikan mereka dalam berpikir tidak tanggung-tanggung. Ibunya, Ria, dengan kelicikannya telah mengambil kehidupan sebuah keluarga, mengambil perusahaan besar, dan menikahi pria kaya adalah pencapaian terbaiknya. Dulu, Ria hanyalah seorang gadis biasa. Kemudian dengan pandainya menggoda dan merayu Robert, dia akhirnya berhasil diperistri olehnya. Dia bisa hidup mewah dan tenang dengan bergelimang harta. Tapi sebagai istri sekaligus ibu, dia tidak bisa melakukannya dengan baik. Semenjak dia memegang L’avant Group, hidupnya seakan miliknya sendiri. Tidak pernah pergi sarapan bersama suami dan anak-anaknya, itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.
“Vin, lo ada kuliah hari ini?” tanya Gara di sela makannya.