Ganendra

SAKHA ZENN
Chapter #6

Mulai

Jaket hoodie berwarna hitam penuh juga celana jeans hitam menjadi baju pilihannya untuk pulang ke rumah. Semenjak ayahnya meninggal kala terjadi kerugian besar L’avant Group, Erik beserta keluarganya dipindah ke sebuah desa kecil yang cukup jauh dari kota. Erik pikir tidak ada alasan lain, mereka dipindahkan dengan paksa demi menghindari awak media yang masih mencari kebenaran tentang ayahnya yang dituding bunuh diri karena tuduhan korupsi besar-besaran yang mengakibatkan perusahaan besar yang dipimpinnya, L’avant Group mengalami kerugian yang tidak bisa dibilang kecil. Dan saat ini perusahaan itu dipegang penuh oleh adiknya, Ria.

Dengan berjalan perlahan dia mendekati rumah berwarna putih tulang yang tidak begitu besar itu. Tapi pemandangan yang tidak mengenakan dia tangkap. Seseorang dengan pakaian serba hitam, bertopi dan wajahnya tersembunyi di bawahnya, membuat Erik semakin mencurigainya.

Siapa dia?

Seketika saat seseorang keluar gerbang, yang tidak lain itu adalah Rika Permata Ganendra, adik kandungnya, sosok pria itu melakukan pergerakan cepat untuk bersembunyi. Dan melihat Rika yang pergi entah kemana, pria itu membuntutinya. Tidak ada dugaan lain, Erik pikir dia adalah penjahat. Tanpa berpikir panjang Erik mengikuti mereka berdua.

Tujuan mereka adalah pasar buah yang tidak jauh dari rumah mereka. Saat Rika tengah memilih buah-buahan, pria yang membuntutinya itu hanya mengawasi tanpa melakukan apa pun. Dia hanya berdiri di kejauhan, memperhatikan. Dengan hati-hati Erik mendekati Rika, berpura-pura memilih buah seperti yang Rika lakukan.

“Hei,” sapanya pelan hampir berbisik.

“Hah?” Rika yang cukup terkejut karena seseorang menyapanya, lebih terkejut saat melihat pria yang di sampinya adalah kakaknya.

“Apa yang kakak lakuin di sini?”

“Sstt!!” seperti sudah mengerti, Rika akhirnya bertingkah biasa dan menurunkan volume suaranya.

“Ada orang yang lagi ngawasi lo,” tutur Erik membuat Rika mengerutkan dahi dan mencoba melihat sekeliling.

“Jangan buat dia sadar kalo lo tau dia lagi merhatiin lo,”

“Oke, oke. Tapi gue nggak ngerti. Lo juga tiba-tiba ada di sini,” protesnya menghadapi pernyataan dan kenyataan yang terlalu tiba-tiba.

“Gue pikir dia nggak bakal nyakitin lo. Dia cuma mau ngawasin lo,”

“Ngawasin? Buat apa?” Rika semakin bingung dengan opini-opini Erik.

“Gue bakal cari tau. Tapi sekarang lo bisa bertingkah biasa aja, kan? Gue bakal ke rumah nemuin ibu,”

“Oke. Gue bakal baik-baik aja,”

“Oke, jaga diri lo. Gue tunggu di rumah,”

“Iya,”

Begitulah percakapan singkat kakak adik itu. Erik menyingkir dari jangkauan mereka dan segera kembali ke rumahnya.

Klek!

“Rika, kamu sudah pulang?” tanya ibunya menyambut kedatangan Erik. Ibunya yang tengah memotong sayuran di meja dapur tidak menoleh sebelumnya untuk sekedar memastikan siapa yang datang. “Taruh buah-buahannya di kulkas, ya,”

Erik terdiam, bungkam. Dia sangat merindukan wanita berpunggung hangat itu. Empat tahun adalah waktu yang tidak sedikit untuk menyimpan kerinduan kepada sososk yang telah melahirkan dan merawatnya sejak kecil.

Lihat selengkapnya