Dengan langkah mantap mereka berjalan masuk ke dalam gedung besar 32 lantai itu. Pertama, mereka pergi ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama untuk mereka memulai penyamaran. Lucky keluar kamar mandi dengan seragam berwarna biru muda, sedangkan Erik menjelma menjadi salah satu bodyguard dengan busana berjas dan berdasi biru navy dengan garis vertikal lebih tua.
“Hhh … harus banget ya, gue jadi office boy kayak gini, hah?!” Lucky masih belum bisa menerima dengan lapang dada penyamaran mereka yang pertama ini.
“Justru dengan penyamaran lo ini, lo lebih aman, Ky,” saut Erik meyakinkan.
“Iya, ya. Demi lo, deh,”
Erik tersenyum puas di atas kesengsaraan Lucky.
“Gimana, Bang?” tanya Erik berbicara menggunakan earpiece-nya.
“Oke, gue udah nge-hack CCTV yang jadi pergerakan kalian,” balas Gery yang tengah bersantai di ruang bawah tanah yang mereka sebut markas.
“Oke, Bang. Gue sama Lucky mau keluar sekarang,”
“Iya, tapi tolong hentiin tu bocah!”
Erik yang mendengar suara kesal Gery segera memeriksa. Betapa polosnya Lucky yang tengah berdadah-dadah ria pada CCTV di sudut kamar mandi.
“Ky, lo ngapain?” bisik Erik geram.
“Bang Gery liat kita, kan? Hai, Bang. Kita sudah ada di L’avant Group,” sapa Lucky lewat earpiece-nya, sambil tersenyum percaya diri ke arah CCTV.
“Iya, lo keliatan lebih ganteng pake seragam itu, Ky,” ucap Gery menyembunyikan tawanya. Erik yang mendengarnya hanya tersenyum mengiyakan.
“Apa lo bilang? Heh, Bang! Jangan gitu lo!” sambat Lucky, “Hiizzzz… kenapa juga gue jadi office boy kayak gini, sih?!”
“Udah lah. Mending kita mulai gerak sekarang,” ajak Erik menghemat waktu.
“Oke, ayo!”
Mereka sengaja datang sebelum Ria dan bodyguard-nya tiba. Tak lama menunggu, akhirnya Erik melihat kedatangan mereka. Semua karyawan yang tengah berlalu lalang seketika diam dan memberi jalan untuk Ria dan bodyguard-nya. Erik bergerak cepat menuju lorong yang cukup sepi.
“Wah, kayaknya dia disanjung sekali,” umpat Erik terheran-heran. “Oke, gue mulai sekarang,” lanjutnya setelah Ria melewatinya dengan beberapa bodyguard, Erik menarik kerah salah satu bodyguard dan membawanya keluar barisan. Tentu saja dengan bantuan Gery yang mengikuti pergerakannya. Dia akan mematikan CCTV yang akan menampilkan aksi Erik yang dinilai akan memunculkan kecurigaan para pengawas CCTV.
“Maaf, Tuan,” ucapnya dari balik masker hitam, kemudian memukul cukup keras sehingga bodyguard itu jatuh tidak sadarkan diri.
“Lo nggak perlu minta maaf, Rik,” saut Gery tersenyum.