“Jadi mereka udah tau tempat itu?” tanya Gery setelah Erik memberi tahu tentang Qeya Concern yang sudah dilacak RSG Team.
“Iya, dan itu buat gue nggak tenang,” balas Erik datar.
“Gue tau perasaan lo, Rik. Cewek yang selama ini nolongin lo, bantu lo, sekarang malah bisa dalam bahaya. Lo harus jaga dia, Rik,” saran Lucky mencoba memahami perasaan Erik.
“Pasti, gue bakal jagain dia,”
“Eh, liat ini!” Gery yang sedari tadi juga fokus pada layar komputernya, tiba-tiba heboh.
“Ada apa si, Bang?” Lucky yang cukup terkejut sedikit kesal karenanya.
“Ini, Ria. Eh, Bu Ria. Aduh, gue panggilnya siapa ini?” Gery semakin kelabakan.
“Iya pokoknya itu, kenapa?” Lucky semakin penasaran. Karenanya, dia dan Erik segera mendekat untuk melihat apa yang sedang terjadi.
“Ini hasil gambar alat penyadap itu. Ini video dari CCTV-nya,”
“Hebat banget, ya. Gue pas banget naruh alat-alat itu,” puji Lucky pada dirinya melihat hasil sudut pandang video yang bisa menampilkan hampir setiap sudut ruangan Ria.
“Gue juga yang ngasih arahan,” sanggah Erik.
“Udah, udah. Liat ini. Siapa dia?” Gery tidak sabar menghadapi kedua adiknya yang terus berdebat itu.
“Pria itu? Dia membelakangi CCTV-nya,” saut Lucky.
“Iya, oke. Coba kita dengerin baik-baik. Siapa tau penting,” Gery menambah volume suara pada alat penyadap.
“Anton, kamu pasti tahu, kan? Anak itu sangat berbahaya?” tanya Ria bangkit dari kursinya, berdiri menerawang keluar jendela, dan Anton berdiri tegak di belakangnya.
“Iya, saya mengerti, Nyonya,” jawabnya dengan penuh penekanan pada setiap katanya.